MENGUTIP CERITA ABAH SEPUH

SOMBONG TERSELUBUNG

Seorang pria yang sedang bertamu di rumah seorang kiyai kondang tertegun heran, ketika melihat Sang guru sedang sibuk bekerja sendiri menyikat
Kamar mandi santri dan lantai rumahnya sampai bersih.

Pria itu bertanya,
"Apa yang sedang abah lakukan Abah..?
Mengapa bukan Anak2 santri atau pembantu rumah tangga saja yang abah perintahkan untuk Menyikat WC dan mengepel lantai rumah?"

Abah menjawab dengan tersenyum,
"Tadi saya kedatangan tamu yang meminta nasihat.

Saya berikan banyak nasihat yang insya Allah bermanfaat.
Namun, setelah tamu itu pulang di dalam hati saya terbersit penilaian bahwa saya ini orang hebat. Dibutuhkan banyak orang.
Kesombongan saya pun mulai muncul.
Oleh karena itu, saya lakukan pekerjaan ini untuk membunuh perasaan sombong itu."

Kemudian Abah sepuh melanjutkan penjelasannya .

SOMBONG adalah PENYAKIT HATI yang sering menghinggapi kita semua.

Siapa saja dan apapun statusnya, orang awam atau tokoh masyarakat bisa juga dihinggapi penyakit sombong ini.

Bahkan di kalangan para ustad muballigh, kiyai atau habaib, benih-benih kesombongan bisa muncul tanpa mereka sadari.

● Ditingkat ke-1:
Sombong disebabkan oleh Faktor materi, di mana kita merasa :
~ Lebih kaya,
~ Lebih berkuasa,
~ Lebih tinggi jabatan,
~ Lebih rupawan &
~ Lebih terhormat daripada orang lain.

●Ditingkat ke-2 :
Sombong disebabkan oleh Faktor kecerdasan, kita merasa :
~ Lebih rajin
~ Lebih pintar
~ Lebih kompeten
~ Lebih berpengalaman
~ Lebih berwawasan dibandingkan dengan orang lain.

●Ditingkat ke-3:
Sombong disebabkan oleh Faktor kebaikan, kita sering menganggap diri kita:
~ Lebih bermoral
~ Lebih pemurah
~ Lebih banyak amalnya
~ Lebih semangat berjuang dan beribadah
~ Lebih banyak kontribusinya untuk umat.
~ Lebih besar dari orang lain berdasarkan apa yang sudah dicapai, seraya meremehkan orang lain dengan menganggapnya orang kecil.
~ Lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik...
Semakin Tinggi tingkat KESOMBONGAN kita, semakin sulit pula kita mendeteksinya.

Sombong karena MATERI mudah terlihat.

Namun,

Sombong karena PENGETAHUAN, apalagi SOMBONG karena KEBAIKAN, SULIT DILIHAT.

Karena, ....
Seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Cobalah setiap hari kita melakukan INTROSPEKSI DIRI.

Kadang kita butuh orang lain untuk membantu mengintrospeksi diri.

Kita juga butuh kritikan dan masukan dari orang lain.

Mari kita sadari bahwa setiap hal yang baik, yang bisa kita lakukan itu semua adalah karena izin dan pertolonganNya saja.

Maka hendaklah kita banyak bersyukur kepada-Nya.
Semua itu tidak lain adalah ANUGERAH-NYA.

KESOMBONGAN hanya akan membawa kita pada KEHINAAN DIRI dan KEJATUHAN yang mendalam.

Tetaplah BERSABAR dan RENDAH HATI.

Ketika lahir, dua tangan kita kosong, ketika meninggal kedua tangan kita juga kosong...

Waktu datang kita tidak membawa apa-apa, waktu pergi kita juga tidak membawa apapun.

Jangan sombong karena kaya dan berkedudukan,
jangan minder karena miskin dan rendah,
bukankah kita semua hanyalah tamu didunia ini,
pada waktunya kita pulang ke akherat, dan semua milik kita hanyalah titipan dari Allah Azza Wa Jalla yang sewaktu-waktu diambilNya.

TETAPLAH RENDAH HATI seberapapun tinggi kedudukan kita.

TETAPLAH PERCAYA DIRI seberapapun kekurangan kita.

HANYA SATU KEPUNYAAN KITA yang bukan pinjaman, yang akan kita bawa kemana pun kita pergi, yaitu
IMAN + AMAL.

Tidak akan menjadi orang besar jika dalam hati selalu menganggap kecil orang lain.

Kita sama-sama saling belajar merendahkan hati, tetapi tidak merendahkan diri.....

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

Khazanah Al-Qur'an

Siapakah yang Paling Berharga dalam Hidupmu ? (Bag 1)

Allah swt sebagai Pencipta adalah Dzat yang paling mengenal Rasulullah saw. Dia lah yang paling tau keagungan dan kemuliaan Nabi Muhammad saw. Karenanya, jika kita ingin lebih mengenal Rasulullah, bertanyalah pada Al-Qur’an !

Kali ini kita akan bertanya pada Al-Qur’an tentang apa tugas seorang mukmin yang telah menentukan pilihan untuk beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Sikap apa yang harus kita miliki dihadapan ketentuan Rasulullah? Apa yang harus kita lakukan ketika mendengar perintah dan larangan beliau? Dan bagaimana kita memposisikan Rasulullah dalam kehidupan kita? Mari kita lihat bersama, apa jawaban Al-Qur’an mengenai hal ini?

Ketika berbicara tentang agama, Allah swt tidak pernah sekalipun memaksa seseorang untuk memeluk agama tertentu. Allah mengutus para nabi-Nya untuk memberi penjelasan tentang jalan keselamatan dan jalan kesesatan. Tidak ada paksaan di dalam agama.

Allah berfirman:

لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ -٢٥٦-

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama.”
 (QS. Al-Baqarah (2) : 256)

Rasulullah pun tidak pernah sekalipun memaksa seseorang untuk menerima risalahnya. Beliau berusaha menyampaikan kebenaran agar semakin banyak umatnya yang terbebas dari api neraka. Tapi, walaupun tidak ada paksaan dalam menganut islam, tetaplah ada konsekuensi bagi seorang yang telah menetapkan dirinya untuk menjadi muslim. Ketika dia telah menentukan untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dia harus berkomitmen dengan apa yang dia pilih. Seorang yang telah memilih islam sebagai agamanya harus rela terhadap aturan agama yang mengikatnya. Dan salah satu aturan itu adalah bagaimana sikap kita saat berhadapan dengan Rasulullah saw.
 
Rasulullah Lebih Utama dari Diri Sendiri.

Allah swt berfirman:

النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنفُسِهِمْ-٦-

“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang Mukmin dibandingkan diri mereka sendiri”
(QS. Al-Ahzab (33) : 6)

Di dalam ayat ini, Allah ingin mengajari kita cara berakhlak kepada Rasulullah saw. Allah ingin agar kita meletakkan posisi Rasul diatas diri kita sendiri. Artinya, perintah beliau melebihi perintah siapapun. Kecintaan kepada beliau harus melebihi kecintaan pada siapapun bahkan kepada diri sendiri. Jika kita berusaha menjaga diri kita dari segala bahaya, maka seharusnya kita harus menjaga Rasulullah melebihi diri kita.
Saat menafsirkan ayat ini, para ahli tafsir berpendapat bahwa hukum Rasulullah diatas seluruh hukum manusia. Seruan Rasulullah diatas seluruh seruan manusia. Bahkan, seruang beliau diatas seruan diri kita sendiri. Jika diri ini menginginkan sesuatu sementara Rasulullah menginginkan sesuatu yang lain, kita harus mendahulukan keinginan Rasul dan membuang keinginan diri kita.

Dalam ayat ini, Allah ingin mengatakan bahwa Rasulullah saw diberi wewenang mutlak atas seluruh makhluk. Apapun perintah yang diberikan olehnya harus didahulukan walaupun itu berat dan menyulitkan diri kita. Seharusnya, seluruh makhluk Allah hanya berkata “iya” dihadapan Rasulullah saw.

Rasulullah saw bersabda,

“Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian sampai keinginannya mengikuti apa yang telah aku bawa.”

“Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, belum beriman salah seorang diantara kalian sebelum aku lebih dicintai dari dirinya, hartanya, anaknya dan dari seluruh manusia.”

Seseorang yang memiliki iman yang sempurna adalah dia yang menjadikan keinginannya sesuai dengan keinginan Rasulullah saw. Kesempurnaan iman akan diraih ketika seseorang memposisikan Rasulullah sebagai orang nomor satu dalam hidupnya. Mencintai Rasulullah melebihi siapapun. Dan mengutamakan Rasulullah diatas siapapun. Jika kita ingin mengetahui bagaimana kedudukan kita dihadapan Rasulullah, lihatlah kedalam hati kita ! Seberapa besar kedudukan Rasulullah di hati kita, sebesar itulah kedudukan kita di hadapan Rasulullah.
 
Tidak ada Pillihan Lain dihadapan Rasulullah
Selain mengutamakan Rasulullah dalam segala sesuatu, kita juga diminta untuk tidak mencari pilihan lain ketika Rasulullah telah menentukan sesuatu.

Allah swt berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْراً أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ-٣٦-

“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang Mukmin dan perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah Menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka.”
(QS. Al-Ahzab (33) : 36)

Bagi seorang mukmin, tidak ada pilihan lain selain pilihan Rasulullah saw. Seorang yang mengenal Rasulullah tidak akan mengajukan pendapat lain selain pendapat Rasul. Dia akan menghormati segala keputusan yang diberikan nabinya. Sementara meraka yang tidak mengenal posisi Rasulullah dan tidak mengetahui keagungan beliau, dia akan memberi pendapat lain diluar pendapat Rasulullah. Dia sering mengeluarkan alasan dan menganggap pendapatnya lebih baik daripada pendapat Rasulullah.

Padahal, dalam lanjutan ayat diatas, Allah menyebut mereka yang memilih pilihan lain selain pilihan Rasulullah sebagai orang yang durhaka dan berada dalam kesesatan yang nyata.

وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالاً مُّبِيناً -٣٦-

“Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.”
(QS. Al-Ahzab (33) : 36)

Kita akan melihat bagaimana sikap seorang yang mengenal Rasulullah saw ketika mendapat ketentuan dari nabinya. Dia adalah pintu kota ilmu Rasul, Ali bin Abi tholib. Ketika Rasullah hendak berhijrah ke Madinah, dia menyuruh Ali untuk tidur di tempat tidur Rasulullah agar musuh tidak mengetahui kepergiannya.

Kira-kira, apa jawaban Imam Ali? Apa jawaban dari seorang yang mengenal Rasulullah saat mendapat perintah darinya?
Imam Ali bertanya, “Wahai Rasulullah, jika aku tidur di tempat tidurmu apakah engkau akan selamat?
Rasulullah menjawab, “Iya”
Saat itu pula Imam Ali bersujud dan menangis atas keselamatan Rasulullah.
Bagi seorang yang mengenal Rasulullah seperti Ali, tidak ada pilihan lain selain taat dan patuh kepada Rasulullah. Dia tidak sedikitpun mengkhawatirkan keselamatannya. Karena keselamatan Rasul adalah yang termahal. Dan dirinya tidak berharga sama sekali dihadapan Rasulullah. Kapan seorang budak memiliki dirinya? Budak adalah milik tuannya. Sementara Imam Ali dengan bangga berkata:

“Aku adalah budak dari budak-budak Muhammad”

Begitu juga dengan ayahnya yang bernama Abu tholib, paman Rasulullah saw. Dia selalu memikirkan keselamatan kepokannya ini. Bahkan ketika keluarga Bani Hasyim di boikot di suatu lembah. Abu tholib selalu sibuk menjaga Rasul dan menyuruhnya berpindah-pindah ketika ingin tidur. Semua itu dilakukan agar musuh tidak berhasil melukai Rasulullah. Biarkan anakku yang mati asal engkau selamat wahai Muhammad, katanya. Bahkan dalam bait syairnya yang terkenal, Abu tholib berkata:

“Demi Allah, mereka tidak akan pernah menyentuh (Muhammad) sampai mereka melangkahi mayatku terlebih dahulu”

Itulah orang-orang mulia yang mengenal kemuliaan dan keagungan Rasulullah saw. Mereka tidak akan pernah menolak dan selalu menghormati seluruh keputusan Rasulullah saw.
 
Jangan Memanggil Rasulullah seperti Memanggil Nama Orang Lain
Selanjutnya, Allah mengajari kita untuk tidak kurang ajar dihadapan Rasulullah. Tidak memanggil Rasul dengan namanya seperti kita saling memanggil satu sama lain.

Allah berfirman:

لَا تَجْعَلُوا دُعَاء الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاء بَعْضِكُم بَعْضاً -٦٣-

“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain).”
(QS. An-Nur (24) : 63)

Ayat ini turun bagi mereka orang-orang kasar dan berwatak keras yang selalu bersikap kurang sopan dihadapan Rasulullah. Mereka berlaku kasar karena tidak tau siapa yang ada dihadapannya. Mereka tidak tau bahwa mereka sedang berhadapan dengan kekasih Allah, yang karenanya seluruh alam ini diciptakan.

Berbeda dengan Fatimah putri Rasulullah saw. Ketika mendengar ayat ini, ia takut untuk memanggil ayahnya dengan panggilan “ayah”. Tak seperti biasanya, hari itu Fatimah memanggil ayahnya dengan panggilan “Wahai Rasulullah”. Mendengar itu Rasulullah tersenyum dan menyuruh putrinya untuk tetap memanggilnya dengan panggilan ayah. Karena ayat itu turun untuk mereka orang-orang kasar dan berwatak keras. Bukan untuk Fatimah dan putra-putrinya.

Tetaplah panggil aku dengan panggilan ayah karena itu lebih aku cintai dan di ridhoi Allah swt, kata beliau kepada putri tercintanya.

Fatimah begitu mengenal Rasulullah dan selalu menjadikan beliau lebih utama dari dirinya sendiri. Sehingga ketika mendengar ayat itu, dia takut untuk melanggar perintah Allah untuk bersikap sopan kepada nabinya.
Sebenarnya, mengapa kita tidak boleh memilih selain pilihan Rasulullah?

Kenapa kita harus tunduk patuh tanpa boleh berkomentar dihadapan Rasulullah?

Kenapa Allah memberikan wewenang penuh kepada Rasulullah sehingga kita harus mengutamakan beliau diatas semua orang?

Kenapa kita harus mencintai beliau melebihi seluruh keluarga kita bahkan diri kita sendiri?

Temukan jawabannya di Siapa yang Paling Berharga dalam Hidupmu? (Bag 2)


 

Renungan Pagi.....

LUKISAN KEHIDUPAN

============

Kita tentu pernah melihat sebuah lukisan yang indah, katakanlah tentang lukisan sebuah pemandangan. Sering kita terkesima dan terpana dengan lukisan seperti itu, komentar-komentar takjub dan apresiasi positif reflek terlontar dari mulut-mulut kita.

Tapi yang patut kita sadari adalah bahwa sesungguhnya yang membuat menarik bukan sekedar pemandangannya, tetapi kemampuan orang yang melukiskannya. Dengan objek pemandangan yang sama, jika dilukis oleh orang yang bukan ahlinya, tentu akan berbeda pula sikap dan apresiasi kita terhadap lukisan tersebut.

Kehidupan kita ini, pada dasarnya merupakan ‘pemandangan’ yang akan terekam bak sebuah lukisan. Bolehlah hal tersebut kita katakan sebagai ‘Lukisan Kehidupan’. Dan kitalah yang telah Allah tetapkan untuk menjadi pelukis bagi kehidupan kita sendiri. Maka, langkah kaki, lenggang tangan, lidah yang terucap, sejurus pandangan mata, pendengaran telinga dan gerak semua organ tubuh kita, tak ubahnya bagaikan kuas yang sedang menari-nari di atas kanvas kehidupan. Itulah arti dari hari-hari yang kita lalui dalam kehidupan ini.

Oleh karena itu, kini masalahnya bukan lagi apakah kita seorang maestro pelukis terkenal macam Picasso dan Afandi atau bukan, tetapi adalah bahwa -suka atau tidak suka- hasil ‘lukisan’ kita pada akhirnya akan dilihat dan dinilai orang. Kesadaran tersebut jelas akan mendorong naluri kita untuk berkata bahwa ‘lukisan kehidupan’ saya harus terlihat indah dipandang. Dan, selama kesempatan 'melukis' itu masih diberikan, kita masih diberi kebebasan berekspresi untuk memperindah lukisan kehidupan kita; meluruskan guratan-guratan yang kurang harmonis, memperjelas sapuan warna yang buram, mengarahkan segmen gambar yang tak terarah, dst.

Hingga akhirnya, ketika mata ini terpejam dan nafas terakhir telah dihembuskan, itulah saatnya lukisan kita telah usai, lalu dibingkai, dan kemudian siap dipajang di ‘ruang depan rumah kita’. Ketika itu pula kita tinggal menunggu bagaimana komentar orang-orang yang melihat lukisan kita yang secara refleks –tanpa basa basi dan formalitas- akan terlontar dari mulut-mulut mereka. Bagaimana reaksi dan apresiasi yang akan mereka berikan, tentu sangat tergantung dengan kualitas lukisan yang terpampang. Di situlah salah satu parameter kehidupan kita sedang ditentukan.

Suatu saat para shahabat melihat jenazah yang sedang digotong, lalu mereka memuji kebaikannya, maka Rasulullah shalallohu alaihi wassalam  bersabda, ‘pasti.’ Kemudian lewat lagi jenazah yang lain, lalu mereka menyebut-nyebut keburukannya, Beliau bersabda, ‘Pasti.’ Umar bin Khattab bertanya, ‘Apanya yang pasti wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, “Yang kalian sebutkan kebaikannya, pasti masuk surga, sedangkan yang kalian sebutkan keburukannya pasti masuk neraka. Kalian adalah saksi-saksi Allah di muka bumi ini.” (Muttafaq alaih)

Seorang penyair berkata "

إنما المرأ حديث من بعده فكن حديثا حسنا لمن وعى

Innamal mar’u hadiitsu man ba’dahu Fa kun hadiitsan hasanan liman wa’aa

"Seseorang akan menjadi pembicaraan orang-orang sesudahnya, Maka jadilah bahan pembicaraan yang baik bagi orang yang mendengarnya."

 

 

 

INDAHNYA BERDAGANG DENGAN ALLAH ﷻ
========================

SEORANG lelaki tua dengan baju lusuhnya masuk ke sebuah toko megah. Dari bajunya, terlihat lelaki tua itu adalah seorang fakir.

Para pengunjung di toko tersebut yang mayoritas adalah orang² berada (borjuis), mereka rata-rata melihat dengan pandangan aneh kepada lelaki tua tersebut.

Tetapi tidak dengan sang pemilik toko.

”Mau cari apa pak?” Tanya pemilik toko dengan ramah.

”Anu… Saya mau beli selimut enam helai untuk saya dan anak istri saya. Tapi…” Jawabnya ragu.

”Tapi kenapa pak?”

“Saya hanya punya uang 100 riyal. Apa cukup untuk membeli enam helai selimut?

Tak perlu bagus, yang penting bisa untuk melindungi tubuh dari hawa dingin,” Ucap lelaki tua tersebut.

”Oh tentu cukup pak. Saya punya selimut bagus dari Turki. Harganya cuma 20 riyal saja.

Kalau bapak membeli lima saya kasih bonus satu helai", jawab sang pemilik toko sigap.

Lega, wajah lelaki tua itu bersinar cerah. Ia menyodorkan uang 100 riyal, lalu membawa pulang selimut yang dibelinya.

Seorang teman pemilik toko yang sedari tadi melihat dan mendengar percakapan tersebut kemudian bertanya pada pemilik toko,

”Tidak salah??? Kau bilang selimut itu yang paling bagus dan mahal yang ada di tokomu ini. Kemarin kau jual kepadaku 450 riyal.

Sekarang kau jual kepada lelaki tua itu 20 riyal??” Protesnya heran.

”Benar. Memang harga selimut itu 450 riyal, dan aku menjualnya padamu tidak kurang dan tidak lebih. Tetapi kemarin aku berdagang dengan manusia. Sekarang aku berdagang dengan Allah ﷻ,” Ucap sang pemilik toko dengan tenang.

“Demi Allah ﷻ! Sesungguhnya aku tidak menginginkan uangnya sedikitpun.

Tapi aku ingin menjaga harga diri lelaki tua tersebut agar dia seolah tidak sedang menerima sedekah dariku hingga bisa membuatnya malu,” sambungnya.

Menghela nafas sejenak, sambungnya kembali, “Demi Allah ﷻ! Aku hanya ingin lelaki tua itu dan keluarganya terhindar dari cuaca musim dingin yang sebentar lagi datang.

Dan aku pun berharap Allah ﷻ menghindarkanku dan keluargaku dari panasnya api neraka.”

Sungguh, diperlukan SENI dan TRIK dalam beramal dan BERSEDEKAH agar membuat hati orang lain senang dan bahagia tanpa merasa malu atau rendah.

Allah ﷻ berfirman :

اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَــنَّةَ

"Sesungguhnya Allah ﷻ Membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka". (QS. At-Taubah : 111)

Rasulullah ﷺ bersabda :

وَأَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِم

"Dan amal perbuatan yang paling dicintai Allah adalah menggembirakan seorang muslim". (HR. Thabrani di dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 13646).

#SEMOGA_KITA_BISA
#Aamiin

 

 

Renungan :

SENYUM KECIL SAAT KAU HAPUS AIR MATA

"La Tahzan Innallaha Ma'ana"
"Jangan berduka cita, sesungguhnya ALLAH bersama kita" [At Taubah : 40]

Jikalah mungkin saat ini kau dirundung duka.. Janganlah engkau terlarut olehnya terlalu lama.
Pada hakikatnya, agar kembali mengingat kepada sang pencipta
Bukankah Nabimu –Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :

"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu keletihan dan penyakit (yang terus menimpa), kehawatiran dan kesedihan,
dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya.
[HR. Bukhari no. 5641]"

Perhatikanlah bagaimana janji Rabbmu  Dosa-dosamu akan berguguran satu demi satu  Jadi tidak perlu bersedih …
Bersabarlah kawan, Ingatlah “Sesungguhnya pertolongan akan datang bersama kesabaran” [HR. Ahmad 1/307,]
Ingatlah bahwa Allah selalu memberi pelangi di setiap badai, senyum di setiap air mata, Dan jawaban di setiap do'a.

 

Renungan


🏡 Graha Pencerah Jiwa.

🌹🍃 KAPAN LIHAT KE ATAS, KAPAN LIHAT KE BAWAH.


Saudaraku,....

Kita harus bijaksana....

Ada saatnya kita harus melihat ke atas.

Dan ada saatnya kita  harus melihat ke bawah.

Dalam hal rezeki dan harta , Kita  jangan melihat ke atas.

Jangan melihat orang yang lebih kaya, agar hati kita tidak iri.

Lihatlah ke bawah, yang lebih miskin, agar hati kita bersyukur.

Dalam hal ketaatan dan ibadah....

Kita harus melihat ke atas, melihat orang yang lebih taat.

Agar hati kita tertarik, mencontoh ketaatan dan ibadahnya.

Jangan lihat ke bawah, yang lebih malas, agar tidak ketularan.

Kita harus punya teman, kita harus mencari teman.

Dalam hal harta, carilah sahabat yang lebih miskin dari kita.

Dalam hal ibadah, carilah sahabat yang lebih tekun ibadahnya.

🌹RENUNGAN :

Warna putih kalau dicampur dengan warna merah, lama-lama akan luntur.

Yang merah jadi keputih-putihan.

Yang putih jadi kemerah-merahan.

Hati-hatilah dalam bergaul.

Orang baik yang kumpul dengan orang jelek.

Lama-lama baiknya luntur. Bergaullah dengan orang baik, dan bijak.

Syukur-syukur dekat guru, agar jadi baik.

💡PENCERAHAN UNTUK PARA PENCARI TUHAN :

🍃🌹 MAKIN DEKAT ALLOH, HATI MAKIN KASIH SAYANG.

Makin dekat api, maka akan terasa panas.

Makin dekat air, maka akan terasa dingin.

Makin dekat angin, maka akan terasa sejuk.

Alloh itu maha cinta, dekat Alloh, hatinya akan penuh cinta.

Alloh itu maha kasih sayang, dekat Alloh, hati penuh kasih sayang.

Alloh itu maha dermawan, dekat Alloh, makin senang sedekah.

Alloh itu maha lemah lembut, dekat Alloh, makin lemah lembut.


🍃▪▪▪💞🌹💞▪▪▪🍃

 

 

Inspirasi Ramadhan 09:

 

🍑 ... Tiada bacaan terbaik selain Al-Quran. Setiap huruf dan rangkaian katanya mengandung keberkahan dan pahala. Dengan membacanya, pahala dilipatgandakan, hati dibersihkan, akal dicerahkan, jiwa pun ditenangkan.

Dengan Al-Quran pula, aneka keburukan bisa dihilangkan. "... (Dialah) penyembuh penyakit yang tiada berefek dan obat penuntas segala derita. Maka, sembuhkanlah aneka penyakit dalam diri kalian dengan Al-Quran, mintalah bantuannya untuk segala masalah yang kalian hadapi.

Sesungguhnya, dalam Al-Quran, terdapat obat untuk penyakit paling sulit, yaitu kekafiran, kemunafikan, kezaliman, dan kesesatan" ... (Ali bin Abi Thalib, Nahjul Balaghah)

🍅 ... Maka, "Rasulullah ﷺ biasa membaca Al-Quran setiap hari dan tidak pernah beliau lupakan. Bacaan beliau sangat tartil, tidak tergesa-gesa, bahkan membacanya dengan penggalan-penggalan yang penuh penghayatan. Itulah mengapa, para sahabat dapat menghapal bacaan Al-Quran Rasulullah ﷺ.

Beliau membaca Al-Quran setiap saat. Tiada yang menghalangi beliau untuk membacanya kecuali janabat (atau sedang di kamar kecil).

Beliau senantiasa menasihatkan kepada para sahabatnya agar selalu membaca Al-Quran dan bertekad untuk menghapalnya.

Beliau mengatakan, 'Pelajari dan ajarkanlah Al-Quran. Demi jiwaku yang ada dalam genggaman-Nya, sungguh Al-Quran itu lebih cepat lepasnya dari unta yang tertambat' ... (HR Al-Bukhari)

Artinya, apabila seseorang tidak sering membaca (termasuk menghapal atau mengulangi hapalannya), niscaya dia akan hilang dan terancam lupa sebagaimana lepasnya unta dari tambatannya.

 

🍂 ... Dr. Abdul 'Azim Ibrahim Al-Math'an, 10 Wasiat Hasan Al-Banna (Al-Washaya Al-'Asyru).

 

 

Inspirasi Ramadhan 08:

 

🍋 ... Di antara banyak ayat Al-Quran, dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah (ayat 285-6) termasuk ayat yang sangat dianjurkan untuk dibaca dalam zikir harian kita.

 Sesungguhnya, Rasulullah ﷺ pernah bersabda, "Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah pada waktu malam, niscaya kedua ayat itu sudah cukup baginya" … (HR Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

 Makna 'cukup' di sini, menurut sementara ulama, adalah bahwa kedua ayat ini akan melindungi pembacanya dari hal-hal yang dibenci pada malam itu. Keduanya pun akan mendatangkan pahala shalat malam bagi yang membacanya, demikian menurut pendapat lain.

 Ada pula yang mengatakan bahwa keduanya akan mencukupi hal-hal yang berkaitan dengan i'tiqad (keyakinan). Karena, kandungan kedua ayat ini mencakup keimanan dan amal perbuatan secara menyeluruh.

 An-Nu'man bin Basyir meriwayatkan secara marfu' bahwa, "Allah menulis suatu kitab dan menurunkan darinya dua ayat sebagai penutup surah Al-Baqarah. Apabila kedua ayat ini dibacakan di sebuah rumah, niscaya rumah itu tidak akan dimasuki setan selama tiga hari" … (HR Al-Hakim)

 

🥝 ... Syaikh Faishal Alu Mubarak, Riyadush Shalihin dan Penjelasannya, Hlm. 642.

 

sumber foto: www.bincangsyariah.com

 

 

 

 Inspirasi Ramadhan 07:

 

🍅 ... Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra. Nabi ﷺ bersabda, "Tasahharû, fa inna fissuhûri barakatan. Sahurlah, karena di dalam sahur terdapat keberkahan" … (HR Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi dan An-Nasa'i)

 Sesungguhnya, Rasulullah ﷺ selalu mengambil sesuatu yang lebih membawa kebaikan bagi umatnya, lalu beliau mengerjakannya. Hal ini pula terlihat jelas dalam prosesi sahur. Beliau menganjurkan sekaligus memberi contoh umatnya untuk makan sahur.

 Sebab, andaikan beliau tidak melakukannya, umatnya pasti akan mengikuti beliau. Atau, andaikan beliau sahur saat tengah malam, hal ini tentu akan sangat memberatkan sebagian dari umatnya.

 🍉 ... Adapun keberkahan sahur bisa didapatkan dari banyak sisi, antara lain:

 (1) Mengikuti sunnah dan menyelisihi puasanya ahli kitab, (2) memperkuat ibadah, (3) meningkatkan vitalitas tubuh, (4) mencegah akhlak tidak baik yang dipicu oleh rasa lapar.

 Kemudian, (5) sebagai salah satu faktor pendorong untuk bersedekah kepada orang yang meminta saat datangnya waktu sahur atau kita mengajaknya makan bersama, (6) faktor yang mendorong kita berzikir dan berdoa pada waktu ijabahnya doa.

 

🍎 ... Syaikh Faishal Alu Mubarak, Riyadush Shalihin dan Penjelasannya, Hlm. 739.

 

sumber foto: biyokulele online

 

 

Inspirasi Ramadhan 06:

 

🥝 ... "Rabbi innî zhalamtu nafsî faghfir lî fagafara lahû innahu huwal ghafûrur-rahîm. Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri. Karena itu, ampunilah aku.

 Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Pengampun, Maha Penyayang" … (QS Al-Qashash, 28:16)

 Doa ini dipanjatkan oleh Nabi Musa as. sebagai penyataan tobat dan permohonan ampun kepada Allah Ta'ala karena dia telah membunuh seorang penduduk Qibthi (Mesir) tanpa sengaja.

 🍋 ... Nabi Musa tidak membuat-buat alasan atau mencari kambing hitam atas perbuatannya itu. Namun, dia memilih untuk segera bertobat dan memohon ampunan kepada Allah. Dia sadar bahwa dirinyalah yang menyebabkan terjadinya pembunuhan.

 Inilah yang disinggung dalam sebuah riwayat, dari Qatadah, tentang tafsir firman Allah Ta'ala bahwa: "Musa berkata, 'Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri' ..."

 Nabi Musa as. sangat paham tentang jalan keluar yang harus dia tempuh untuk menebus kesalahannya, yaitu bertobat. Dia tidak ingin bertemu Allah Ta'ala dengan membawa beban dosa … (Al-Imam As-Suyuthi, Al-Durr Al-Mantsur, 6:399)

 

🍑 ... Prof. Dr. Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr, Keajaiban Doa.

 

sumber foto: copyright annaba.org

 

 

Inspirasi Ramadhan 05:

 🥝 ... Barang siapa menghadirkan perasaan muraqabatullah (perasaan selalu diawasi oleh Allah Ta'ala) dalam setiap urusannya. Niscaya, dia akan mendapatkan beberapa keutamaan: (1) kelembutan hati, (2) sedikitnya dosa, dan (3) kebaikan dalam setiap kondisinya.

 🍋 ... Dr. Hasan Al-Husaini, Twit Ulama.

 

sumber foto : artphotomania.com

 

 

 

Inspirasi Ramadhan 04:

 

🍑 ... Suhaib bin Sinan ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ membaca ayat, "Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (yaitu surga) dan tambahannya.

Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya …" (QS Yunus, 10:26)

Lalu beliau berkata, "Jika penghuni surga telah memasuki surga dan penghuni neraka telah memasuki neraka.

Maka, ada penyeru yang dia berseru, 'Wahai penghuni surga, kalian memiliki janji dari Allah dan Dia menginginkan kalian menyelesaikannya.'

🍋 ... Mereka pun bertanya, 'Apakah itu? Bukankah Allah telah memberatkan timbangan kami, memutihkan wajah kami, memasukkan kami ke surga, dan menarik kami dari neraka?'

Beliau bersabda, 'Maka dibukakanlah tirai dan mereka pun melihat-Nya (melihat Allah Azza wa Jalla).'

Lalu, beliau bersabda, 'Maka, demi Allah, tiadalah Dia memberikan sesuatu yang lebih mereka sukai dan tiada yang lebih menyejukan mata selain dari melihat wajah-Nya'." … (HR Muslim, Ahmad, dan At-Tirmidzi)

🍉 ... Demikian agungnya perjumpaan tersebut, Rasulullah ﷺ pun bermohon:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ، وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَلَا فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ

 "Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu, lagi rindu bertemu dengan-Mu tanpa penderitaan yang membahayakan dan fitnah yang menyesatkan" … (HR Ahmad dan An-Nasa'i)

 🥝 ... Dr. Amru Khalid, Islâhul Qulûb (Terjemah: Hati Sebening Mata Air), hlm. 221-2.

 

Sumber Foto: www.khotbahjumat.com

 

 

 

Inspirasi Ramadhan 03:

 

🍋 ... Suatu hari, Al-Hajjaj Ats-Tsaqafi, seorang Gubernur Iraq masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan yang terkenal karena sikap otoriternya, melakukan perjalanan dinas yang cukup jauh. Di tengah perjalanan, dia dan rombongannya melepas lelah. Para pengawalnya kemudian menyiapkan satu jamuan makan siang.

Al-Hajjaj lalu memerintahkan pengawalnya untuk mengundang semua anggota rombongan dan siapa saja musafir yang kebetulan melewati daerah tersebut untuk diajak bersantap bersama.

Lalu, lewatlah seorang musafir ke tempat itu. Dia pun dihentikan oleh seorang pengawal untuk dipersilahkan menikmati jamuan Gubernur. Menurut ukurannya yang lazim, hal demikian termasuk kehormatan yang besar.

Akan tetapi, sang musafir menolak ajakan tersebut dengan sopan sehingga dia pun dibawa ke hadapan Al-Hajjaj.

🍅 ... Kepada sang Gubernur, musafir ini berkata dengan sopan, "Maafkan Tuanku, saya sedang memenuhi ajakan dari Yang lebih Mulia daripada Tuanku. Itulah mengapa, ajakan Tuan tidak dapat saya penuhi!"

"Siapakah dia wahai musafir?" tanya Al-Hajjaj.

"Dialah Allah yang mengajakku berpuasa, sehingga saya pun berpuasa," jawabnya.

Mendengar itu, Al-Hajjaj keheranan. Dia lalu berkata, "Engkau berpuasa pada hari yang demikian panas?"

"Betul Tuanku. Justru saya berpuasa untuk hari yang panasnya jauh lebih dahsyat dibandingkan hari ini."

"Tidakkah akan lebih baik kalau engkau berbuka di siang ini dan besok engkau bisa berpuasa lagi," saran Al-Hajjaj.

Musafir ini lalu menjawab, "Dapatkah Tuanku menjamin kepastian bahwa esok atau lusa saya masih hidup?"

Al-Hajjaj pun menjawab, "Jaminan demikian tentu tidak bisa aku berikan."

"Kalau demikian, mengapa Tuan hendak mengalahkan suatu kepastian yang ada sekarang untuk dibayar dengan ketidakpastian hari esok?"

🥝 ... Azamatul Rasul (Darul Qalam, 1965) @ Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia, KH Saifuddin Zuhri.

 

 Sumber Foto : www.islamidia.com

 

 

 

Inspirasi Ramadhan 02:

 

🍅 ... Wajah adalah gambaran suara hati, cerminan suara jiwa. Dari mimik wajah, kita bisa mengenali mana orang yang tengah bahagia dan mana orang yang tengah dirundung nestapa.

Dengan melihat wajah, kita bisa mengidentifikasi apakah seseorang tengah bersedih, gembira, takut, marah, dan beragam bentuk emosi.

Dari wajah ini pula kita bisa mengenali kebahagiaan para penghuni surga dan kesedihan para penghuni neraka.

🍅 ... Al-Quran menggambarkan bahwa wajah penghuni surga itu putih bersih, berseri-seri lagi bercahaya. Adapun penghuni neraka berwajah hitam legam penuh kesedihan dan ketakutan (QS Ali 'Imrân, 3:106-107; 'Abasa, 80:38-42; Yunus, 10:26-27).

"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat. Dan wah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram, mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat" … (QS Al-Qiyâmah, 75:22-26)

 

Sumber Foto : https://aminbenahmed.blogspot.com

 

 

 

Inspirasi Ramadhan 01:

 

🍎 ... Rasulullah ﷺ adalah penghulu para ahli ibadah dan segenap ahli zikir. Maka, setiap gerak langkahnya, hari-harinya: detik, menit, dan jam-jamnya, semua dipenuhi dengan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.

Kala malam, beliau tidur sebentar di rumah. Nabi ﷺ biasa tidur di awal malam lalu bangun untuk shalat di akhir malam (di sepertiga malam terakhir). (HR Al-Bukhari, No. 1146 dan Muslim, No. 739)

Beliau memulai shalat dengan dua rakaat yang ringan (singkat). (HR Muslim, No. 767). Shalat Nabi ﷺ sebelas rakaat, tidak lebih, entah di bulan Ramadhan ataukah di luar bulan Ramadhan.

🍏 ... Kata 'Aisyah, di malam Ramadhan, Nabi ﷺ shalat empat rakaat, jangan tanya bagus dan panjangnya. Kemudian, beliau shalat empat rakaat lagi, jangan tanya pula bagus dan panjangnya. Terakhir, beliau shalat tiga rakaat. (HR Al-Bukhari, No. 1147, 1123 dan Muslim, No. 738)

Adapun di luar Ramadhan, beliau rutin menunaikan shaum sunnah Senin dan Kamis. (HR At-Tirmidzi, No. 745)

Terkadang, di jantungnya malam, Nabi ﷺ bersujud panjang, kira-kira sama dengan bacaan 50 ayat Al-Quran. Atau, beliau berdiri dalam shalat sampai kakinya bengkak.

🍉 ... Beliau senang membaca surah-surah nan panjang. Pernah dalam satu rakaat, beliau membaca dua surah, yaitu Al-Baqarah dan 'Ali 'Imrân sekaligus, lalu ditambah surah An-Nisâ'. Dan, menangislah beliau saat sampai pada ayat:

"Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)." (QS An-Nisâ', 4:41)

🍅 ... Dr. Nizar Abazhah, Bilik-Bilik Cinta Muhammad ﷺ: Kisah Sehari-hari Rumahtangga Nabi.

 

Sumber : www.an-najah.net

 

 

 

 

 

BAB TAUHID

Sesajen, Sedekah Gunung dan Laut Bukan Ajaran Islam


Ritual memberikan sejajen (tumbal) berupa makanan tertentu atau kepala kerbau pada gunung, laut, batu atau pohon bukanlah ajaran Islam, akan tetapi hal ini masih dilakukan oleh umat Islam itu sendiri. Yang menjadi masalah utama bahwa ritual seperti ini adalah kesyirikan yang merupakan larangan terbesar dalam Islam. Kesyirikan yang melanggar hak utama Rabb kita dan mendatangkan kemurkaan Allah yang bisa jadi datang berupa bencana atau ditahannya keberkahan dan kemakmuran pada penduduk tersebut.

Allah telah menegaskan dalam AL-Quran bahwa ibadah dan memberikan qurban hanya kepada Allah saja. Hal ini ditegaskan dalam surat Al-An’am ayat 162-163 dengan lanjutan ayat tersebut menegaskan bahwa terlarangnya kesyirikan dan penegasan tidak ada sekutu bagi Allah.

Allah berfirman,


قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku (kurbanku), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).’” (Qs. al-An’aam: 162-163).

Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini bahwa termasuk orang musyrik yang menyembelih kepada selain Allah, beliau berkata:

يأمره تعالى أن يخبر المشركين الذين يعبدون غير الله ويذبحون لغير اسمه ، أنه مخالف لهم في ذلك

“Allah memberintahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memberi tahu kepada orang-orang musyrik yang menyembah kepada selain Allah dan menyembelih dengan tidak menyebut nama Allah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyelisihi mereka (tidak sesuai dengan ajaran Islam).” (Tafsir Ibnu Katsir)

Semisal dengan hal ini yaitu menyembelih untuk selain Allah dengan menyebutkan nama pengunggu gunung atau penunggu laut kemudian kepala kerbau tersebut ditaruh di gunung, ditanam atau dihanyutkan ke laut.

Memberikan qurban seperti sesajen atau tumbal merupakan jenis ibadah. Hal ini hanya hak Allah semata dan hanya ditujukan kepada Allah saja. Perhatikan ada sebuah hadits yang menunjukkan seseorang masuk neraka hanya karena berqurban dengan seekor lalat saja. Padahal lalat itu ungkapan seseuatu yang sangat tidak berharga. Maka bagaimana apabila qurban dengan yang jauh lebih berharga dari lalat seperti sapi atau kerbau? Perhatikan hadits berikut.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﺫُﺑَﺎﺏٍ , ﻭَﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﺫُﺑَﺎﺏٍ، ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ : ﻭَﻛَﻴْﻒَ ﺫَﻟِﻚَ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺮَّ ﺭَﺟُﻼَﻥِ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﻮْﻡٍ ﻟَﻬُﻢْ ﺻَﻨَﻢٌ ﻻَ ﻳَﺠُﻮْﺯُﻩُ ﺃَﺣَﺪٌ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻘَﺮِّﺏَ ﻟَﻪُ ﺷَﻴْﺌًﺎ، ﻓَﻘَﺎﻟُﻮْﺍ ﻷَﺣَﺪِﻫِﻤَﺎ : ﻗَﺮِّﺏْ، ﻗَﺎﻝَ : ﻟَﻴْﺲَ ﻋِﻨْﺪِﻱْ ﺷَﻲْﺀٌ ﺃُﻗَﺮِّﺏُ، ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟَﻪُ : ﻗَﺮِّﺏْ ﻭَﻟَﻮْ ﺫُﺑَﺎﺑًﺎ، ﻓَﻘَﺮَّﺏَ ﺫُﺑَﺎﺑًﺎ ﻓَﺨَﻠُّﻮْﺍ ﺳَﺒِﻴْﻠَﻪُ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ، ﻭَﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟِﻶﺧَﺮِ : ﻗَﺮِّﺏْ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﻛُﻨْﺖُ ﻷُﻗَﺮِّﺏَ ﻷﺣَﺪٍ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺩُﻭْﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻀَﺮَﺑُﻮْﺍ ﻋُﻨُﻘَﻪُ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ

“Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat dan ada yang masuk neraka karena seekor lalat pula.”
Para sahabat bertanya: “Bagaimana itu bisa terjadi ya Rasulullah?
Rasul menjawab: “Ada dua orang berjalan melewati sebuah kaum yang memiliki berhala, yang mana tidak boleh seorangpun melewatinya kecuali dengan mempersembahkan sesuatu untuknya terlebih dahulu, maka mereka berkata kepada salah satu di antara kedua orang tadi: “Persembahkanlah sesuatu untuknya!” Ia menjawab: “Saya tidak mempunyai apapun yang akan saya persembahkan”, mereka berkata lagi: “Persembahkan untuknya walaupun seekor lalat!” Maka iapun mempersembahkan untuknya seekor lalat, maka mereka membiarkan ia untuk meneruskan perjalanannya, dan iapun masuk ke dalam neraka. Kemudian mereka berkata lagi kepada seseorang yang lain: “Persembahkalah untuknya sesuatu!” Ia menjawab: “Aku tidak akan mempersembahkan sesuatu apapun untuk selain Allah, maka merekapun memenggal lehernya, dan iapun masuk ke dalam surga” (HR. Ahmad).

Yang namanya kesyirikan berupa sesajen itu tidak boleh, meskipun dianggap remeh dengan hanya sesekor lalat. Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid menjelaskan,

تدل ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺴﺘﻌﻈﻢ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺸﺮﻙ، ﻭﻟﻢ ﻳﻨﻜﺮﻩ ﺑﻘﻠﺒﻪ، ﺑﻞ ﻓﻌﻠﻪ ﻭﻫﻮ ﺭﺍﺽ ﺑﻪ، ﻭﻣﺜﻞ ﻫﺬﺍ ﻻ ﺷﻚ ﺃﻧﻪ ﻳﻜﻔﺮ

“Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak menganggap besar perkara kesyirikan dan tidak mengingkari dalam hatinya, bahkan ia lakukan dengan ridha. Semisal ini tidak diragukan lagi telah kafir” (Fatwa Sual Wal Jawab no. 280192).

Cara beribadah sudah diatur oleh Allah dan disampaikan kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada cara ibadah dengan memberikan makanan atau sesaji untuk Allah. Allah tidak butuh diberi makan, tetapi Allah lah yang memberi makan dan rezeki seluruh makhluk. Perhatikan ayat berikut.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُون

“Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku. Tidaklah Aku menginginkan rezeki dari mereka dan Aku tidak mengharapkan mereka memberi makan kepada-Ku” (Adz-Dzaariyaat 56-57)

Memberikan sesajen berupa makanan atau kepala kerbau bertentangan juga dengan akal sehat manusia. Lebih baik makanan tersebut dimakan oleh manusia atau disedekahkan kepada manusia yang lebih membutuhkan, sedangkan di gunung, tanah atau laut, makanan tersebut akan sia-sia dan membusuk.
Yang lebih menjadi perhatian kita bahwa ritual sesajen ini merupakan syirik akbar yang ancamanya sangat besar yaitu diharamkan surga dan tempat kembalinya adalah neraka.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al Maidah: 72).

Dan dosa kesyirikan itu tidak akan Allah ampuni apabila pelakunya meninggal dan belum bertaubat.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’: 48).

Demikian semoga bermanfaat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

UJIAN

 

🍋 ... Ada seorang tabib berkunjung ke rumah Imam Ahmad bin Hambal. Didapatinya sang imam tengah dirundung kesusahan. Dia pun bertanya, "Ada apa denganmu, wahai Abu Abdillah?"

Imam Ahmad berkata, "Aku telah diuji dengan ujian itu (dipenjarakan penguasa karena mempertahankan akidah) sampai aku dipukuli. Mereka lalu mengobati diriku sampai sembuh. Hanya saja, di bagian rusukku ini masih ada rasa sakit yang lebih menusuk daripada pukulan-pukulan itu."

"Tunjukkan padaku tulang rusukmu itu."

Imam Ahmad lalu memperlihatkan rusuknya. Namun, sang tabib tidak melihat apa-apa kecuali memar bekas pukulan. Dia pun kebingungan, lalu berkata, "Aku tidak memiliki pengetahuan tentang masalah ini tetapi aku akan mencari tahu tentangnya."

🍉 ... Dia kemudian pergi untuk mencari tahu. Singkat cerita, dia berhasil mendapatkan solusi dari penyakit yang diderita Imam Ahmad. Ternyata, sakit yang diderita sang imam adalah efek dari penyiksaan yang dialaminya saat di penjara.

Oleh temannya, sang tabib diberi masukan, "Bagian rusuknya harus dibelek (disayat) dan dibuang bagian daging mati itu. Jika dibiarkan, akan terjadi pembusukan yang akan menjalar sampai hati dan membunuhnya."

Sang tabib segera kembali ke rumah Imam Ahmad. Didapatineliau tengah berbaring. Dia kemudian menceritakan informasi yang didapatnya. Imam Ahmad pun setuju untuk dibedah.

Beliau lalu masuk kamar dan keluar lagi dengan membawa dua buah bantal. Di pundaknya ada kain sarung yang menutupi badannya. Beliau lalu duduk di salah satu bantal dan yang satu lagi diberikan kepada tabib sambil berkata, "Mulailah dengan memohon pertolongan dari Allah."

🥝 ... Sang Thabibul Qurra', demikian tabib ini dijuluki, segera melakukan operasi. Saat pisau mulai menyayat kulit, Imam Ahmad meletakkan tangannya di kepala sambil berdoa, "Ya Allah, ampunilah Mu'tashim (penguasa yang memenjarakannya)."

Beliau terus mengucapkan doa itu sampai operasi selesai dilakukan. Setelah luka operasi dibalut dan sakitnya mulai berkurang, Imam Ahmad bergumam, "Dulu aku seperti terikat tapi sekarang sudah bebas."

Tabib ini pun bertanya penasaran, "Wahai Abu Abdillah, orang-orang jika mendapatkan ujian sepertimu ini, mereka akan mendoakan buruk kepada yang menzaliminya. Namun, engkau justru mendoakan kebaikan untuk Al-Mu'tashim."

Beliau menjawab, "Sempat terlintas di pikiranku untuk melakukan yang engkau katakan itu. Tetapi, bagaimana pun juga, dia adalah anak paman Rasulullah ﷺ. Aku tidak mau pada Hari Kiamat kelak memiliki permusuhan dengan salah satu kerabat beliau. Sungguh, dia telah kumaafkan!"

🍅 ... Raudhatul Uqalâ' wa Nuzhatul Fudhalâ', Ibnu Hibban Al-Busty.

 SUMBER FOTO: Foto: pexels/ www.inspiradata.com

 

 

HISAB

 

🍅 ... Hari Penghisaban termasuk episode paling menegangkan di akhirat. Pada saat itu, setiap orang akan ditanya tentang semua amal yang dilakukannya di dunia. "Sesungguhnya, kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan" … (QS An-Nahl, 16:93)

Apa saja yang ditanyakan? Al-Quran menginformasikan sejumlah hal yang kelak akan ditanyakan, di antaranya:

(1) Kekufuran dan kesyirikan yang dilakukan (QS An-Nahl, 16:56); (2) kenikmatan yang telah Allah karuniakan (QS At-Takâtsur, 102:8); (3) janji yang pernah dibuat (QS Al-Isrâ', 17:34); (4) ilmu, pendengaran, penglihatan dan hati (QS Al-Isrâ', 17:36).

Kemudian, (5) yang dilakukan seseorang untuk menyesatkan orang lain (QS Al-Ankabût, 29:13); (6) agama dan pertolongannya, Al-Quran dan pengamalannya (QS Az-Zukhruf, 43:43-4).

Selain itu, manusia akan ditanyai pula tentang shalat yang dilakukan (Shahîh Al-Jami', No. 2020) dan beberapa hal lainnya, yaitu tentang jatah usianya, masa mudanya, hartanya dan ilmu yang dimilikinya (Shahîh Al-Jami', No. 7299)

🍋 ... Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi, Iman kepada Hari Akhir (Al-Iman bil Yaumil Akhir)

SUMBER FOTO: ISLAMI.CO

 

 

 

 

Renungan Ba'da Shubuh

Manusia Lalai Ditengah Kondisi Yang Genting

Dikisahkan seorang lelaki pada pertama kalinya mengunjungi hutan amazon.
Ia terperangah dengan keindahan alam didalamnya.
Ia terkagum-kagum dengan pepohonan yang menjulang tinggi dan bunga-bunga yang beraneka ragam.

Ditengah kekagumannya,
ia mendengar suara aneh yang menakutkan.
Sepertinya ada musuh besar yang sedang mendekat.

Suara itu semakin dekat dan dekat terdengar dari belakang. Disaat ia menoleh,
tampak seekor singa yang sedang berlari ke arahnya.

Lelaki itu segera berlari sekuat tenaga untuk menghindar dari terkaman sang singa yang sedang kelaparan.
Disaat suara langkah singa semakin dekat ia pun segera melompat ke dalam sumur tua ditengah hutan belantara itu.

Lelaki itu melompat dan berpegangan pada tali didalam sumur. Nafasnya tergopoh-gopoh karena ketakutan yang luar biasa.
Ia mencoba menenangkan diri hingga suara singa itu tak terdengar lagi.

Suara singa itu mulai menjauh dan suara nafas lelaki itu mulai tenang.
Disaat suasa menjadi hening, terdengar suara mendesis dari dalam sumur.
Oh, ternyata didasar sumur itu ada ular yang begitu besar dan panjang.

Dia pun mulai gelisah dengan keadaan ini.
Ditambah ada dua tikus berwarna hitam dan putih yang sedang menggerogoti tali tempat ia berpegangan.

Ditengah ketakutannya,
ia terperanjat ketika punggungnya menyentuh dinding sumur.
Ternyata dibelakangnya ada sarang lebah berisi madu yang nikmat. Ia pun berusaha mendekatkan mulutnya ke madu tersebut dan menikmatinya sedikit demi sedikit.

Kenikmatan madu itu membuatnya lupa segalanya. Lupa dengan keadaan yang menghimpitnya.

Ditengah ia menikmati madu, tikus putih dan hitam terus menggerogoti talinya hingga akhirnya ia pun terjatuh.

Tiba-tiba ia terjaga dari tidurnya dengan keringat yang membasahi wajahnya.
Ternyata ini hanya mimpi belaka.

Keesokan harinya ia pergi menuju seorang ahli tafsir mimpi.
Ia pun menceritakan mimpi yang ia lihat semalam.

Sang penafsir mimpi berkata, “Singa itu adalah ajal yang selalu mengejarmu.
Ular didalam sumur itu adalah kuburanmu.
Tali yang kau pegang adalah umurmu.
Dan tikus berwarna hitam dan putih yang menggerogoti tali itu adalah siang dan malam yang selalu mengurangi umurmu.”

“Lalu apa arti dari madu yang kumakan itu?”
tanya si lelaki yang bermimpi.

Penafsir itu menjawab, “Tidakkah kau tau, madu itu adalah dunia.
Manisnya madu telah membuatmu lalai dari keadaanmu.
Kenikmatan dunia ini telah membuatmu lupa bahwa engkau berada diantara kematian dan hari perhitungan.”

Kisah yang begitu luar biasa yang akan mengingatkan kita firman Allah swt :



إِنَّ هَٰٓؤُلَآءِ يُحِبُّونَ ٱلۡعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَآءَهُمۡ يَوۡمٗا ثَقِيلٗا



“Sesungguhnya mereka (orang kafir) itu mencintai kehidupan (dunia) dan meninggalkan hari yang berat (hari akhirat) di belakangnya.”
(QS. Al-Insan (76) : 27)

وَغَرَّتۡهُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا

“Tetapi mereka tertipu oleh kehidupan dunia.”
(QS. Al-An’am (6) : 130)

 

 

 

 

Inspirasi Sya'ban 03: 

 

🍅 ... Allah Azza wa Jalla berfirman, "Siapa yang mau memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), niscaya Allah akan lipat gandakan pembayaran kepadanya dengan pelipatgandaan yang banyak" ... (QS Al-Baqarah, 2:245)

Di antara bentuk pinjaman kepada Allah Ta'ala adalah dengan memberi makan orang yang lapar, memberi minum orang yang haus, dan memberi pakaian bagi orang yang membutuhkan pakaian.

🍋 ... Sesungguhnya, Rasulullah ﷺ pernah bersabda, "Seorang Mukmin yang memberi makan Mukmin lain yang kelaparan, niscaya pada hari Kiamat dia akan diberi makanan dari buah-buahan surga.

Seorang Mukmin yang memberi minum Mukmin lain yang kehausan, niscaya pada hari Kiamat dia akan diberi minuman surga yang teramat lezat (ar-rahîq al-makhtûm).

(Dan), seorang Mukmin yang memberi pakaian Mukmin lain yang telanjang (tidak punya pakaian yang layak), niscaya pada hari Kiamat dia akan diberi pakaian surga yang berwarna hijau (sutra-sutra surga, khudr al-jannah)."

 

🍑 ... HR At-Tirmidzi, No. 2449 dan HR Abu Dawud, No. 1682, dari Abu Sa'îd Al-Khudrî.

 

 

 

 

Inspirasi Sya'ban 02:

 

🍅 ... Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Al-Hakam adalah salah seorang khalifah dari kalangan Bani Umayyah yang terkenal akan kesalehan dan kesuksesannya dalam memimpin umat.

 Dengan izin Allah, dia mampu mengubah "wajah dunia" hanya dalam kurun waktu yang singkat, yaitu dua tahun lebih lima bulan, setelah itu dia wafat.

 Ada banyak kisah inspiratif tentang khalifah nan agung ini. Salah satunya diungkapkan oleh Muhammad bin Isa bin Abdul Aziz. Dia mengatakan:

🍉 ... Beberapa orang gubernur bawahannya menulis surat keluhan kepada Khalifah. Adapun isi surat mereka adalah:

"Sesungguhnya, daerah kami telah rusak. Jika Amirul Mu'minin berkenan memberikan kucuran dana, maka kami akan memperbaikinya."

Khalifah pun mengirimkan surat balasan yang berbunyi:

"Aku telah memahami maksud dari surat yang kalian kirimkan. Kalian telah mengatakan kalau daerah kalian rusak. Jika kalian membaca suratku ini, jagalah (rakyatmu) dengan baik dan adil, bersihkan jalannya dari kezaliman (korupsi dan sebagainya). Sesungguhnya, kezaliman itulah yang merusaknya."

🍋 ... Al-Hafizh Ibnu Al-Jauzi, Sirah Umar bin Abdul Aziz.

 

 

Sumber Foto : https://assunahsalafushshalih.files.wordpress.com

 

 

Inspirasi Sya'ban 01:

 

... Dekat dengan Allah adalah sumber dari segala kebaikan. Adapun jauh dari-Nya adalah sumber dari segala keburukan. Maka, "Tidaklah seorang hamba mendapatkan hukuman yang lebih berat daripada hati yang keras dan jauh dari Allah" ... (Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, Al-Fawa'id)

Sesungguhnya, ada banyak hal yang bisa mengeraskan hati dan menjauhkan seorang hamba dari Rabbnya. Lima di antaranya adalah:

"... Adapun lima hal yang merusak hati adalah banyak bergaul (berkumpul dengan manusia dalam hal yang melalaikan), (banyak) berangan-angan, bergantung kepada selain Allah, kekenyangan (banyak makan) dan (banyak) tidur. Inilah kelima hal utama yang dapat merusak hati."

 ... Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Madârijus-Sâlikîn.

Dan, tiada yang paling cepat daya rusaknya selain banyak bermaksiat. Nabi ﷺ bersabda, "Sesungguhnya jika seorang Mukmin melakukan dosa, maka akan ada bintik hitam di hatinya. Jika dia bertobat dan berhenti (dari dosa tersebut) serta memohon ampunan, hatinya akan mengkilap.

Apabila dia terus melakukan dosa, niscaya akan bertambah pula noktah hitam itu. Itulah ar-rân (penutup) yang disebutkan Allah Ta'ala dalam kitab-Nya:

'Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.' (QS Al-Muthaffifîn, 83:14)" ... (HR At-Tirmidzi, An-Nasa'i dan Ibnu Majah)

 

 sumber foto: http://asysyariah.com

 

 

 

Peristiwa Isra’ Mi’raj

 

Peristiwa Isra’ Mi’raj adalah salah satu peristiwa yang agung dalam perjalanan hidup Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian orang meyakini kisah yang menakjubkan ini terjadi pada Bulan Rajab. Benarkah demikian? Bagaimanakah cerita kisah ini? Kapan sebenarnya  terjadinya kisah ini? Bagaimana pula hukum merayakan perayaan Isra’ Mi’raj? Simak  pembahasannya dalam tulisan yang ringkas ini.

Pengertian Isra’ Mi’raj

Isra` secara bahasa berasal dari kata ‘saro’ bermakna perjalanan di malam hari. Adapun secara istilah, Isra` adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Jibril dari Mekkah ke Baitul Maqdis (Palestina), berdasarkan firman Allah :

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى  

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha “ (Al Isra’:1)

Mi’raj secara bahasa adalah suatu alat yang dipakai untuk naik. Adapun secara istilah, Mi’raj bermakna tangga khusus yang digunakan oleh  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk naik dari bumi menuju ke atas langit, berdasarkan firman Allah dalam surat An Najm ayat 1-18.[1]

Kisah Isra’ Mi’raj

Secara umum, kisah yang menakjubkan ini  disebutkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam Al-Qur`an dalam firman-Nya:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Al-Isra` : 1)

Juga dalam firman-Nya:

وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى. مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى. وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى. عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى. ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى. وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَى. ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى. فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى. فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى. مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى. أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى. وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى. عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى. عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى. إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى. مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى. لَقَدْ رَأَى مِنْ ءَايَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى

“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar”. (QS. An-Najm : 1-18)

Adapun rincian dan urutan kejadiannya banyak terdapat dalam hadits yang shahih dengan berbagai riwayat. Syaikh Al Albani rahimahullah dalam kitab beliau yang berjudul Al Isra` wal Mi’raj menyebutkan 16 shahabat yang meriwayatkan kisah ini. Mereka adalah: Anas bin Malik, Abu Dzar, Malik bin Sha’sha’ah, Ibnu ‘Abbas, Jabir, Abu Hurairah, Ubay bin Ka’ab, Buraidah ibnul Hushaib Al-Aslamy, Hudzaifah ibnul Yaman, Syaddad bin Aus, Shuhaib, Abdurrahman bin Qurath, Ibnu ‘Umar, Ibnu Mas’ud, ‘Ali, dan ‘Umar radhiallahu ‘anhum ajma’in.

Di antara hadits shahih yang menyebutkan kisah ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya , dari sahabat Anas bin Malik :Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

 Didatangkan kepadaku Buraaq – yaitu yaitu hewan putih yang panjang, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal, dia meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya (maksudnya langkahnya sejauh pandangannya). Maka sayapun menungganginya sampai tiba di Baitul Maqdis, lalu saya mengikatnya di tempat yang digunakan untuk mengikat tunggangan para Nabi. Kemudian saya masuk ke masjid dan shalat 2 rakaat kemudian keluar . Kemudian datang kepadaku Jibril  ‘alaihis salaam dengan membawa bejana berisi  khamar dan bejana berisi air susu. Aku memilih bejana yang berisi air susu. Jibril kemudian berkata : “ Engkau telah memilih (yang sesuai) fitrah”.

Kemudian Jibril naik bersamaku  ke langit (pertama) dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya bertemu dengan Adam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian kami naik ke langit kedua, lalu Jibril ‘alaihis salaam  meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab: “Jibril”. Dikatakan lagi:“Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kedua) dan saya bertemu dengan Nabi ‘Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakariya shallawatullahi ‘alaihimaa, Beliau berdua menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Jibril naik bersamaku  ke langit ketiga dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketiga) dan saya bertemu dengan Yusuf ‘alaihis salaam yang beliau telah diberi separuh dari kebagusan(wajah). Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian Jibril naik bersamaku  ke langit keempat dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi“Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab: “Muhammad” Dikatakan: “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab: “Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit keempat) dan saya bertemu dengan  Idris alaihis salaam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Allah berfirman yang artinya : “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi” (Maryam:57).

Kemudian Jibril naik bersamaku  ke langit kelima dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kelima) dan saya bertemu dengan  Harun alaihis salaam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Jibril naik bersamaku  ke langit keenam dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab: “Muhammad” Dikatakan: “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya bertemu dengan Musa. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian Jibril naik bersamaku  ke langit ketujuh dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?” Dia menjawab: “Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab, “Muhammad” Dikatakan, “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab, “Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketujuh) dan saya bertemu dengan Ibrahim. Beliau sedang menyandarkan punggunya ke Baitul Ma’muur. Setiap hari masuk ke Baitul Mamuur tujuh puluh ribu malaikat yang tidak kembali lagi. Kemudian Ibrahim pergi bersamaku ke Sidratul MuntahaTernyata daun-daunnya seperti telinga-telinga gajah dan buahnya seperti tempayan besar. Tatkala dia diliputi oleh perintah Allah, diapun berubah sehingga tidak ada seorangpun dari makhluk Allah yang sanggup mengambarkan keindahannya

 Lalu Allah mewahyukan kepadaku apa yang Dia wahyukan. Allah mewajibkan kepadaku 50 shalat sehari semalamKemudian saya turun menemui Musa ’alaihis salam.  Lalu dia bertanya: “Apa yang diwajibkan Tuhanmu atas ummatmu?”. Saya menjawab: “50 shalat”. Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya. Sesungguhnya saya telah menguji dan mencoba Bani Isra`il”. Beliau bersabda :“Maka sayapun kembali kepada Tuhanku seraya berkata: “Wahai Tuhanku, ringankanlah untuk ummatku”. Maka dikurangi dariku 5 shalat. Kemudian saya kembali kepada Musa dan berkata:“Allah mengurangi untukku 5 shalat”. Dia berkata:“Sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”. Maka terus menerus saya pulang balik antara Tuhanku Tabaraka wa Ta’ala dan Musa ‘alaihis salaam, sampai pada akhirnya Allah berfirman:“Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah 5 shalat sehari semalam, setiap shalat (pahalanya) 10, maka semuanya 50 shalat. Barangsiapa yang meniatkan kejelekan lalu dia tidak mengerjakannya, maka tidak ditulis (dosa baginya) sedikitpun. Jika dia mengerjakannya, maka ditulis(baginya) satu kejelekan”. Kemudian saya turun sampai saya bertemu dengan Musa’alaihis salaam seraya aku ceritakan hal ini kepadanya. Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”, maka sayapun berkata: “Sungguh saya telah kembali kepada Tuhanku sampai sayapun malu kepada-Nya”. (H.R Muslim 162)

Untuk lebih lengkapnya, silahkan merujuk ke kitab Shahih Bukhari hadits nomor 2968 dan 3598 dan Shahih Muslim nomor 162-168 dan juga kitab-kitab hadits lainnya yang menyebutkan kisah ini. Terdapat pula tambahan riwayat tentang kisah ini yang tidak disebutkan dalam hadits di atas.

Kapankah Isra` dan Mi’raj?

Sebagian orang meyakini bahwa peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Rajab. Padahal, para ulama ahli sejarah berbeda pendapat tentang tanggal kejadian kisah ini. Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai penetapan waktu terjadinya Isra’ Mi’raj , yaitu[2] :

  1. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun tatkala Allah memuliakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan nubuwah (kenabian). Ini adalah pendapat Imam Ath Thabari rahimahullah.
  2. Perisitiwa tersebut terjadi lima tahun setelah diutus sebagai rasul. Ini adalah pendapat yang dirajihkan oleh Imam An Nawawi dan Al Qurthubi rahimahumallah.
  3. Peristiwa tersebut terjadi pada malam tanggal dua puluh tujuh Bulan Rajab tahun kesepuluh kenabian. Ini adalah pendapat Al Allamah Al Manshurfuri rahimahullah.
  4. Ada yang berpendapat, peristiwa tersebut terjadi enam bulan sebelum hijrah, atau pada bulan Muharram tahun ketiga belas setelah kenabian.
  5. Ada yang berpendapat, peristiwa tersebut terjadi setahun dua bulan sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun ketiga belas setelah kenabian.
  6. Ada yang berpendapat, peristiwa tersebut terjadi setahun sebelum hijrah, atau pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ketiga belas setelah kenabian.

Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri hafidzahullah menjelaskan : “Tiga pendapat pertama tertolak. Alasannya karena Khadijah radhiyallahu ‘anha meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh setelah kenabian, sementara ketika beliau meninggal belum ada kewajiban shalat lima waktu. Juga tidak ada perbedaan pendapat bahwa diwajibkannya shalat lima waktu adalah pada saat peristiwa Isra’ Mi’raj. Sedangakan tiga pendapat lainnya, aku  tidak mengetahui mana yang lebih rajih. Namun jika dilihat dari kandungan surat Al Isra’ menunjukkan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada masa-masa akhir sebelum hijrah.”

Dapat kita simpulkan dari penjelasan di atas bahwa Isra` dan Mi’raj tidak diketahui secara pasti pada kapan waktu terjadinya. Ini menunjukkan bahwa mengetahui kapan waktu terjadinya Isra’ Mi’raj bukanlah suatu hal yang penting. Lagipula, tidak terdapat  sedikitpun faedah keagamaan dengan mengetahuinya. Seandainya ada faidahnya maka pasti Allah akan menjelaskannya kepada kita. Maka memastikan kejadian Isra’ Mi’raj terjadi pada Bulan Rajab adalah suatu kekeliruan. Wallahu ‘alam..

Sikap Seorang Muslim Terhadap Kisah Isra’ Mi’raj

Berita-berita yang datang dalam kisah Isra’ Miraj seperti sampainya beliau ke Baitul Maqdis, kemudian berjumpa dengan para nabi dan shalat mengimami mereka, serta berita-berita lain yang terdapat dalam hadits- hadits yang shahih merupakan perkara ghaib. Sikap ahlussunnah wal jama’ah terhadap kisah-kisah seperti ini harus mencakup kaedah berikut :

  1. Menerima berita tersebut.
  2. Mengimani tentang kebenaran berita tersebut.
  3. Tidak menolak berita tersebut atau mengubah berita tersebut sesuai dengan kenyataannya.

Kewajiban kita adalah beriman sesuai dengan berita yang datang terhadap seluruh perkara-perkara ghaib yang Allah Ta’ala kabarkan kepada kita atau dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.[3]

Hendaknya kita meneladani sifat para sahabt radhiyallahu ‘anhum terhadap berita dari Allah dan rasul-Nya. Dikisahkan dalam sebuah riwayat bahwa setelah peristiwa Isra’ Mi’raj, orang-orang musyrikin datang menemui Abu Bakar As Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.  Mereka mengatakan : “Lihatlah apa yang telah diucapkan temanmu (yakni Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam)!” Abu Bakar berkata : “Apa yang beliau ucapkan?”. Orang-orang musyrik berkata : “Dia menyangka bahwasanya dia telah pergi ke Baitul Maqdis dan kemudian dinaikkan ke langit, dan peristiwa tersebut hanya berlangsung satu malam”. Abu Bakar berkata : “Jika memang beliau yang mengucapkan, maka sungguh berita tersebut benar sesuai yang beliau ucapkan karena sesungguhnya beliau adalah orang yang jujur”. Orang-orang musyrik kembali bertanya: “Mengapa demikian?”. Abu Bakar menjawab: “Aku membenarkan seandainya berita tersebut lebih dari yang kalian kabarkan. Aku membenarkan berita langit yang turun kepada beliau, bagaimana mungkin aku tidak membenarkan beliau tentang perjalanan ke Baitul Maqdis ini?” (Hadits diriwayakan oleh Imam Hakim dalam Al Mustadrak 4407 dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha).[4]

Perhatikan bagaimana sikap Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu terhadap berita yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi  wa sallam. Beliau langsung membenarkan dan mempercayai berita tersebut. Beliau tidak banyak bertanya, meskipun peristiwa tersebut mustahil dilakukan dengan teknologi pada saat itu. Demikianlah seharusnya sikap seorang muslim terhadap setiap berita yang shahih dari Allah dan rasul-Nya.

Hikmah Terjadinya Isra`

Apakah hikmah terjadinya Isra`, kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak Mi’raj langsung dari Mekkah padahal hal tersebut memungkinkan? Para ulama menyebutkan ada beberapa hikmah terjadinya peristiwa  Isra`, yaitu:

  1. Perjalanan  Isra’ di bumi dari Mekkah ke Baitul Maqdis lebih memperkuat hujjah bagi orang-orang musyrik. Jika beliau langsung Mi’raj ke langit,  seandainya ditanya oleh orang-orang musyrik maka beliau tidak mempunyai alasan yang memperkuat kisah perjalanan yang beliau alami.  Oleh karena itu ketika orang-orang musyrik datang dan bertanya kepada beliau, beliau menceritakan tentang kafilah yang beliau temui selama perjalanan Isra’. Tatkala kafilah tersebut pulang dan orang-orang musyrik bertanya kepada mereka, orang-orang musyrik baru mengetahui benarlah apa yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  2. Untuk menampakkan hubungan antara Mekkah dan Baitul Maqdis yang keduanya merupakan kiblat kaum muslimin. Tidaklah pengikut para nabi menghadapkan wajah mereka untuk beribadah keculali ke Baitul Maqdis dan Makkah Al Mukarramah. Sekaligus ini menujukkan keutamaan beliau melihat kedua kiblat dalam satu malam.
  3. Untuk menampakkan keutamaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dibandingkan para nabi yang lainnya. Beliau berjumpa dengan mereka di Baitul Maqdis lalu beliau shalat mengimami mereka.[5]

Faedah Kisah

Kisah yang agung ini sarat akan banyak faedah, di antaranya :

  1. Kisah Isra’ Mi’raj termasuk tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla.
  2. Peristiwa ini juga menunjukkan keutamaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas seluruh nabi dan rasul’alaihimus shalatu wa salaam
  3. Peristiwa yang agung ini menunjukkan keimanan para sahabat radhiyallahu’anhumMereka meyakini kebenaran berita tentang kisah ini, tidak sebagaimana perbuatan orang-orang kafir Quraisy.
  4. Isra` dan Mi’raj terjadi dengan jasad dan ruh beliau, dalam keadaan terjaga. Ini adalah pendapat jumhur (kebanyakan) ulama, muhadditsin, dan fuqaha, serta inilah pendapat yang paling kuat di kalangan para ulama Ahlus sunnah. Allah Ta’ala berfirman yang artinya : “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Al-Isra` : 1)

Penyebutan kata ‘hamba’ digunakan untuk ruh dan jasad secara bersamaan. Inilah yang terdapat dalam hadits-hadits Bukhari dan Muslim dengan riwayat yang beraneka ragam bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa salaam melakukan Isra` dan Mi’raj dengan jasad beliau dalam keadaan terjaga.

Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata dalam Lum’atul I’tiqad “… Contohnya hadits Isra` dan Mi’raj, beliau mengalaminya dalam keadaan terjaga, bukan dalam keadaan tidur, karena (kafir) Quraisy mengingkari dan sombong terhadapnya (peristiwa itu), padahal mereka tidak mengingkari mimpi”[6]

Imam Ath Thahawi rahimahullah berkata : “Mi’raj adalah benar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa salaam telah melakukan Isra` dan Mi’raj dengan tubuh beliau dalam keadaan terjaga ke atas langit…”[7]

  1. Penetapan akan ketinggian Allah Ta’ala dengan ketinggian zat-Nya dengan sebenar-benarnya sesuai dengan keagungan Allah, yakni Allah tinggi berada di atas langit ketujuh, di atas ‘arsy-Nya. Ini merupakan akidah kaum muslimin seluruhnya dari dahulu hingga sekarang.
  2. Mengimani perkara-perkara ghaib yang disebutkan dalam hadits di atas, seperti: BuraaqMi’raj, para malaikat penjaga langit, adanya pintu-pintu langit, Baitul Ma’murSidratul Muntaha beserta sifat-sifatnya, surga, dan selainnya.
  3. Penetapan tentang hidupnya para Nabi ‘alaihimus salaam di kubur-kubur mereka, akan tetapi dengan kehidupan barzakhiah, bukan seperti kehidupan mereka di dunia. Oleh karena itulah, di sini tidak ada dalil yang membolehkan seseorang untuk berdoa, bertawasul, atau meminta syafa’at kepada para Nabi dengan alasan mereka masih hidup. Syaikh Shalih Alu Syaikh rahimahullah menjelaskan  bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salaam dalam Mi’raj menemui ruh para Nabi kecuali Nabi Isa ‘alaihis salaam. Nabi menemui jasad Nabi Isa  karena jasad dan ruh beliau dibawa ke langit dan beliau belum wafat.[8]
  4. Banyaknya jumlah para malaikat dan tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah.
  5. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga adalah kalimur Rahman (orang yang diajak bicara langsung oleh Ar Rahman).
  6. Allah Ta’ala memiliki sifat kalam (berbicara) dengan pembicaraan yang sebenar-benarnya.
  7. Tingginya kedudukan shalat wajib dalam Islam, karena Allah langsung yang memerintahkan kewajiban ini.
  8. Kasih sayang dan perhatian Nabi Musa’alaihis salaam terhadap umat Islam, ketika beliau menyuruh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diringankan kewajiban shalat.
  9. Penetapan adanya nasakh (penghapusan hukum) dalam syariat Islam, serta bolehnya me-nasakh suatu perintah walaupun belum sempat dikerjakan sebelumnya, yakni tentang kewajiban shalat yang awalnya lima puluh rakaat menjadi lima rakaat.
  10. Surga dan neraka sudah ada sekarang, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melihat keduanya ketika Mi’raj.
  11. Para ulama berbeda pendapat apakah Nabi melihat Allah pada saat Mi’raj. Ada tiga pendapat yang populer : Nabi melihat Allah dengan penglihatan, Nabi melihat Allah dengan hati, dan Nabi tidak melihat Allah namun hanya mendengar kalam Allah.
  12. Pendapat yang benar bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj hanya berlangusng satu kali saja dan tidak berulang.
  13. Barangsiapa yang mengingkari Isra`, maka dia telah kafir, karena dia berarti menganggap Allah berdusta. Barangsiapa yang mengingkari Mi’raj maka tidak dikafirkan kecuali setelah ditegakkan padanya hujjah serta dijelaskan padanya kebenaran.

Hukum Mengadakan Perayaan Isra` Mi’raj

Bagaimana hukum mengadakan perayaan Isra’ Mi’raj? Berdasarkan dari penjelasan di atas, nampak jelas bagi kita bahwa perayaan Isra` Mi’raj tidak boleh dikerjakan, bahkan merupakan perkara bid’ah, karena dua alasan :

  1. Malam Isra` Mi’raj tidak diketahui secara pasti kapan terjadinya. Banyaknya perselisihan di kalangan para ulama, bahkan para sahabat dalam penentuan kapan terjadinya Isra` dan Mi’raj, merupakan dalil yang sangat jelas menunjukkan bahwa mereka tidaklah menaruh perhatian yang besar tentang waktu terjadinya. Jika waktu terjadinya saja tidak disepakati, bagaimana mungkin bisa dilakukan perayaan Isra’ Mi’raj?
  2. Dari sisi syari’at, perayaan ini juga tidak memiliki landasan. Seandainya perayaan tersebut adalah bagian dari syariat Allah, maka pasti akan dikerjakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, atau minimal beliau sampaikan kepada ummatnya. Seandainya beliau dan para sahabat  mengerjakannya atau menyampaikannya, maka ajaran tersebut akan sampai kepada kita.

Jadi, tatkala tidak ada sedikitpun dalil tentang hal tersebut,  maka perayaan Isra’ Mi’raj  bukan bagian dari ajaran Islam. Jika dia bukan bagian dari agama Islam, maka tidak boleh bagi kita untuk beribadah dan bertaqarrub kepada Allah Ta’ala dengan perbuatan tersebut. Bahkan merayakannya termasuk perbuatan bid’ah yang tercela.

Berikut di antara  fatwa ulama dalam masalah ini. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah pernah ditanya : ”Pertanyaan ini tentang perayaan malam Isra’ Mi’raj yang terjadi di Sudan. Kami merayakan malam Isra’ Mi’raj rutin setiap tahun,  Apakah perayaan tersebut memiliki sumber dari Al Qur’an dan As Sunnah atau pernah terjadi di masa Khulafaur Rasyidin atau pada zaman tabi’in? Berilah petunjuk kepadaku karena saya bingung dalam masalah ini. Terimakasih atas jawaban Anda.”

Jawaban Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah : “Perayaan seperti itu tidak memiliki dasar dari Al Qur’an dan As Sunnah dan tidak pula pada zaman Khulafaur Rasyidin . Petunjuk yang ada dalam Al Qur’an  dan sunnah rasul-Nya justru menolak perbuatn bid’ah tersebut karena Allah Ta’ala mengingkari orang-orang  yang menjadikan syariat bagi mereka selain syariat Allah termasuk perbuatan syirik, sebagaimana firman Allah :

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاء شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّه

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (Asy Syuura:21)

Dan juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد

“ Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari Allah dan rasul-Nya maka amalan tersebut tertolak “.

Perayaan malam Isra’ Mi’raj bukan merupakan perintah Allah dan rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan ummatnya dalam setiap khutbah Jum’at melalui sabda beliau :

أما بعد فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah firman Allah  dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sejelek-jelek perkara adalah perkara baru dalam agama, dan setiap bid’ah adalah sesat.”[9]

Semoga paparan ringkas ini dapat menambah ilmu dan wawsan kita, serta dapat menambah keimanan kita. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad

Note :

[1] Lihat Syarh Lumatil I’tiqaad li Syaikh Ibnu ‘Utsaimin 58-59

[2] Lihat pembahsan ini dalam Ar Rahiqul Makhtum 108

[3] Syarh Al ‘Aqidah Ath Thahawiyah li Syaikh Shalih Alu Syaikh 444

[4] Lihat Syarh Al Ushuul Ats Tsalatsah li Syaikh Shalih Fauzan 201

[5] Lihat  Syarh Al ‘Aqidah  Ath Thahawiyah li Syaikh Shalih Alu Syaikh 451-452

[6] Lihat dalam Syarh Lum’atil I’tiqad li Syaikh Ibnu ‘Utsaimin 58

[7] Matan ‘Al Aqidah Ath Thahawiyah

[8] Lihat dalam Syarh  Al ‘Aqidah Ath Thahawiyah li Syaikh Shalih Alu Syaikh 454

[9] Penggalan dari fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin  rahimahullah dalam Fatawa Nuur ‘alaa Ad Darb.

 

INSPIRASI RAJAB 20 :

 

Di antara tanda kebaikan seorang Muslim adalah hadirnya rasa hormat di dalam dirinya kepada ulama. Tidaklah dia bertemu dengan ulama, kecuali memuliakannya. Tidaklah pula dia berpisah dari ulama, kecuali berusaha mengamalkan apa yang dinasihatkannya.

Maka, Rasulullah ﷺ bersabda tentang apa yang diwasiatkan oleh Luqman Al-Hakim kepada putranya:

"Anakku, duduklah dalam majelis ulama dan simaklah perkataan orang-orang bijak. Karena, sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana Dia menghidupkan tanah yang mati (tandus) dengan hujan nan deras" ...

(HR Ath-Thabrani dari Abu Umamah)

Beliau pun menekankan, "Tidak termasuk golongan kami, mereka yang tidak menghormati yang lebih tua, sayang kepada yang lebih muda dan mengenali hak para ulama" ... (HR Ahmad dan Ath-Thabrani dari 'Ubadah bin Shamit)

Dalam hadits lain disebutkan, "Tiga golongan yang tidak akan ada orang yang menghina mereka selain orang munafik, (yaitu) orang tua Muslim, ulama, dan pemimpin yang adil" ... (HR Ath-Thabrani dari Abu Umamah)

 

Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting.

 

INSPIRASI RAJAB 19: 

 

... Rasulullah ﷺ apabila selesai dari shalatnya, beliau beristighfar sebanyak tiga kali ... (HR Muslim, No. 591)

Istighfarnya Rasulullah ﷺ dilakukan karena ma'rifah (ilmu, pengenalan) beliau akan keagungan dan kemuliaan Allah Ta'ala.

Maka, walaupun ibadah beliau lebih mulia dibandingkan siapapun, termasuk ibadahnya  para ahli ibadah, akan tetapi beliau memandang ibadahnya itu rendah dan tidak sebanding dengan kemuliaan dan keagungan Allah Ta'ala yang berada jauh di luar jangkauan akal pikiran manusia.

... Maka, Rasulullah ﷺ pun merasa malu sehingga beliau bersegera untuk beristighfar. Dan, telah disebutkan bahwa beliau beristighfar lebih dari 70 kali dalam sehari semalam.

Hal ini memberi isyarat bahwa kita tidak akan mampu melakukan ibadah yang sebanding dengan kemuliaan Allah Ta'ala, walau kita telah berusaha semaksimal mungkin. Itulah mengapa, kita disyari'atkan untuk beristighfar setelah melakukan suatu ketaatan."

 

... Muhammad Syihabuddin Al-Alusi, Ruuhul Ma'aani fii Tafsiril Qur'an, 30/259.

 

 

 

 

 

 

Renungan HARI INI :

 

Malu Mengeluh ! 

 

Pekerjaanmu yang menumpuk, adalah impian para pengangguran..

Anakmu yang berisik, adalah impian suami istri yang ditakdirkan belum berketurunan....

Rumahmu yang mungil, adalah impian para orang yang belum memilikinya....

Hartamu yang "sedikit", adalah impian mereka yang saat ini sedang terbelit hutang..

Kesehatanmu, adalah impian mereka yang saat ini sedang sakit..

Senyumanmu, adalah impian mereka yang gelisah..

Maka jadikanlah syukur dan ridha sebagai jalan hidupmu...

Bersyukur adalah perbuatan yang patut diutamakan, karena didalam rasa syukur, kita menghargai dan menghormati Kebesaran nikmat Allah yang sudah diberikan pada masing-masing kita...

🌳Siapa yang tidak mengetahui betapa berharganya nikmat, ketika kenikmatan itu besertanya, maka barulah ia mengetahui betapa berartinya nikmat itu setelah nikmat itu pergi meninggalkannya...

📚Allah ﷻ berfirman :

 

وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

“Dan Dia telah memberimu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat lalim dan banyak mengingkari (nikmat).” (QS. Ibrahim: 34).


😰Terkadang kehidupan yang kita keluhakan adalah kehidupan yang orang lain impikan...

■Ingatlah :

 

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

“Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35)

📖Allah menguji setiap manusia dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, serta haq dan bathil ...

Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar.
1⃣ Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya...

2⃣ Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan.
(HR. At-Tirmidzi)

Banyak manusia tergila gila kepada dunia, namun tidak kepada Pemilik dunia...

 

 

 

   

 

 

 

(Ilustrasi : Gambar Lalat dalam gelas...)

Hadist Nabi Muhammad SAW. tentang lalat terbukti di abad 21

Lalat itu membawa penyakit di salah satu sayapnya, dan obat dari penyakit tersebut di sayap yang lain.

 

Pernahkah Anda mendengar hadis Nabi tentang lalat? Sebuah hadis dimana Nabi menyuruh para sahabat untuk menenggelamkan lalat apabila jatuh ke dalam air minum, dan kemudian membuang lalat tersebut.

Jika ada seekor lalat yang terjatuh pada minuman kalian maka tenggelamkan, kemudian angkatlah (lalat itu dari minuman tersebut), karena pada satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat.” (HR. Al Bukhari)

Hadis itu banyak dibahas. Beberapa bahkan bertanya, mengapa Nabi Muhammad meminta lalat itu malah dicelupkan ke dalam air minum. Bukankah lalat kerap hinggap di tempat-tempat jorok, sehingga bisa menularkan penyakit?

Bagaimana penjelasan hadist ini dilihat dari sudut pandang ilmiah?

Dikutip dari halaman situs Dr. Zaghloul El-Nagger, seorang professor Muslim di bidang sains, memberikan penjelasan ilmiah tentang Hadist ini. Menurut El-Nagger, hadis ini berarti bahwa lalat itu membawa penyakit di salah satu sayapnya, dan obat dari penyakit tersebut di sayap yang lain.

Ketika seekor lalat jatuh ke dalam wadah (makanan atau minuman), lalat tersebut membawa mikroba di salah satu sayapnya, sebagai pertahanan diri. Imam Ibnu Hajar mengatakan dalam komentarnya tentang hadis ini bahwa salah satu ulama mengamati bahwa lalat melindungi dirinya dengan sayap kiri, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa lalat membawa obat atau penangkal di sayap kanan. Jadi jika lalat direndam di wadah tempat ia jatuh, obat penawar itu akan menghancurkan racun atau mikroba dengan kehendak Allah.

Beberapa orang tidak senang dengan ide membenamkan lalat dalam makanan atau minuman. Namun, ini bisa diterapkan dalam kasus-kasus darurat. Ketika, misalnya, seseorang berada di padang pasir, hanya memiliki sedikit air atau minuman. Dalam kasus ini orang itu tidak punya pilihan selain untuk melakukan seperti yang direkomendasikan oleh Nabi. Jika tidak, maka ia akan mati kehausan atau infeksi. Jika seseorang merasa jijik, maka ia tidak harus melakukannya, tapi ia tidak memiliki hak untuk menolak keaslian hadits ini. Hadits ini sangat otentik, seperti yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari.

Lalat merupakan serangga yang sangat umum dijumpai. Lalat memiliki hampir 87.000 spesies. Secara ilmiah telah membuktikan bahwa lalat-lalat itu hidup di sampah dan limbah bahan organik yang mengandung sejumlah besar bakteri, virus dan berbagai mikroba lainnya serta kuman.

Bakteri adalah organisme hidup yang sangat kecil. Mereka hidup dalam jumlah miliaran dalam satu gram tanah pertanian dan jutaan dalam setetes ludah. Pengaruh bakteri pada kehidupan biologis di bumi tidak terbatas, tanpa bakteri tidak ada tanaman yang bisa tumbuh, dan tanpa tanaman tidak akan ada kehidupan bagi manusia dan hewan di bumi. Sebagian besar bakteri tidak berbahaya, tetapi beberapa dari mereka bisa menyebabkan berbagai penyakit.

Virus, pada kenyataannya, adalah asam nukleat (baik DNA ataupun RNA). Allah Yang Mahakuasa memberi mereka kemampuan untuk membentengi diri mereka dengan lapisan protein, untuk membentuk unit terpisah yang disebut “virion”. Partikel virus atau “virion” memiliki kemampuan untuk menyerang sel-sel hidup (sel inang), memicu mereka untuk menghasilkan lebih banyak virus atau menghancurkan jaringan sel inang ini. Itu sebabnya virus bertanggung jawab untuk timbulnya berbagai macam penyakit, yang mempengaruhi tanaman, hewan dan manusia.

Ada jenis virus yang menginfeksi sel bakteri, yang dikenal sebagai “Bacteriophage.” Jenis virus yang membunuh sel bakteri ini dikenal sebagai “Virulent Bacteriophage”, sedangkan jenis virus yang tidak membunuh sel bakteri dikenal sebagai “Temperate Bacteriophage”. Ini adalah satu ke Maha Kuasaan Allah, Maha Suci Allah, untuk membuat segala sesuatu di alam semesta ini berpasangan, sehingga, hanya Allah, satu-satunya, yang tidak memiliki pasangan. Dengan demikian, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan, siang dan malam, positif dan negatif, sebagaimana Allah menciptakan bakteri dan “Bacteriophage.” Hanya Allah yang tidak memiliki pasangan.

AllahYang Maha Kuasa, memberikan lalat kemampuan untuk membawa kuman pada salah satu sayapnya dan obat penawar pada sayap yang lain. Jika tidak,spesies lalat akan binasasekarang, semua terkena kuman ini. Namun, lalat-lalat itu masih ada di lebih dari 87.000 spesies.

Lalat membawa virus dari banyak penyakit, yang kemudian mencemari makanan, minuman dan tubuh. Penyakit yang diakibatkan oleh virus seperti flu, campak, gondok, cacar, kutil, demam kuning, penyakit hati menular, beberapa kasus kelumpuhan, beberapa jenis kanker, dan beberapa penyakit kronis dari sistem saraf pusat termasuk juga multiple sclerosis.

Virus juga menyebabkan banyak penyakit pada ternak, seperti pada domba, burung, serta bebek yang dapat masuk ke tubuh manusia melalui hewan yang terinfeksi itu. Beberapa tanaman seperti kentang, tomat, pisang dan tebu juga bisa hancur oleh infeksi virus.

“The Virulent Bacteriophage” membunuh sel bakteri yang menyerang dalam waktu yang sangat singkat. Sementara “Temperate Bacteriophage” menjaga sel bakteri untuk tetap hidup. Hal itu semacam kekebalan terhadap virus yang sama dan atau menghasilkan virus yang sama. Hal ini menjelaskan mengapa lalat membawa patogen pada salah satu sayapnya dan obat penawar pada sayap yang lain.

Sekelompok peneliti Muslim di Mesir dan Arab Saudi melakukan beberapa percobaan pada wadah berbeda yang berisi air, madu dan jus. Mereka membiarkan jenis cairan tersebut dihinggapi lalat. Kemudian mereka tenggelamkan lalat di beberapa wadah ini. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan bahwa cairan yang tidak ada lalat ditengelamkan mengandung banyak bakteri dan virus, sementara wadah yang lain di mana lalat benar-benar ditenggelamkan tidak terdapat bakteri dan virus.

Penemuan bahwa ada penangkal untuk patogen, dan bahwa ada berbagai jenis bakteri dan “Bakteriofag”, baru diketahui pada dekade terakhir abad ke-20.

Sedangkan Nabi menyinggung soal ini 1400 tahun yang lalu, ketika manusia hampir tidak tahu tentang fakta-fakta ilmu pengetahuan modern. Namun, jenis informasi yang akurat seperti ini, bahwa salah satu sayap lalat membawa penangkal patogen yang dibawa oleh sayap yang lain, hanya bisa berasal dari Wahyu Ilahi yang diajarkan kepada Nabi oleh Allah SWT. Subhanallah…

 ========================================================================================================

 

Penciptaan Galaksi Baru di Alam Semesta ada di dalam Al Qur'an

 

Ketika Langit berwarna Merah Mawar - Tafsir Surat Ar Rahman (55) ayat 37

 

فَإِذَا ٱنشَقَّتِ ٱلسَّمَآءُ فَكَانَتۡ وَرۡدَةً۬ كَٱلدِّهَانِ

Maka apabila langit terbelah dan menjadi merah mawar seperti [kilapan] minyak. Ar Rahman (55): 37

 

Ini gambar yang dijadikan rujukan sebagai tafsir dari salah satu ayat dari surat Ar-Rahman:
Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.
Dikatakan bahwa gambar ini, yang merupakan hasil tangkapan dari Teleskop ruang angkasa Hubble Amerika, menunjukkan bahwa jika nanti bintang meledak, maka hasilnya adalah warna merah seperti mawar. Bahkan dalam beberapa email yang beredar, dinyatakan bahwa seharusnya gambar ini, - sebuah nebula -, seharusnya dinamai 'Oily Red Rose Nebula' (Nebula Mawar Merah yang Berkilap), agar sesuai dengan arti ayat di atas.

Dalam ayat itu disebutkan langit yang terbelah. Apakah ini gambar langit? Sumber dari NASA/Hubble menyatakan bahwa itu adalah hasil ledakan sebuah bintang. Dari bumi, ia hanyalah bagian amat kecil dari langit. Bahkan hampir tak terlihat oleh mata kepala.

 

Ini gambar yang sama dengan skema warna yang lain. Warna ini lebih mendekati warna kalau dilihat dengan mata atau warna aslinya. Astronomer memberi nama benda angkasa ini Cat's Eye Nebula (Nebula Mata Kucing), karena memang warnanya yang hijau dan bentuknya yang bulat seperti mata kucing.

Dalam situs web Teleskop Hubble sendiri dikatakan bahwa, warna yang tertampil dalam berbagai foto obyek angkasa dari Hubble tidak selamanya menunjukkan warna asli jika dilihat dengan mata. Hubble menggunakan warna untuk berbagai tujuan: menampakkan detail, memperlihatkan struktur tertentu yang tidak bisa dilihat mata, dsb.

"The colors in Hubble images, which are assigned for various reasons, aren't always what we'd see if we were able to visit the imaged objects in a spacecraft. We often use color as a tool, whether it is to enhance an object's detail or to visualize what ordinarily could never be seen by the human eye." (Referensi)

Nah, jadi gimana nih? Merah atau Hijau, warnanya???

 

Astronomer biasanya "mewarnai" hasil "tangkapan" mereka dengan warna-warna yang bermakna khusus untuk menganalisa komposisi atau struktur dari benda angkasa. Misalnya, pada gambar ini, biru adalah warna untuk pendaran atom Oksigen.

Jadi, jelaslah bahwa warna sebenarnya dari gambar nebula yang dijadikan sebagai bukti dari ayat 37 surat Ar-Rahman tersebut tidaklah merah mawar.

Banyak sekali nebula-nebula seperti ini yang telah ditemukan dan dipelajari oleh para ahli perbintangan. Warna mereka pun sangat beragam. Semuanya menunjukkan kejadian masa lalu, karena apa yang tertangkap oleh teleskop adalah cahaya yang telah mengarungi angkasa ribuan tahun cahaya lamanya. Banyak di antara mereka yang menunjukkan nasib berbagai bintang ketika menemui ajalnya. Namun tak sedikit pula nebula yang merupakan tempat lahirnya bintang-bintang baru.

Cukuplah, menurut saya, gambar ini membuktikan kebesaran Allah, dalam artian bahwa bintang-bintang nantinya akan dihancurkan. Matahari kita juga akan menemui ajalnya kelak. Mungkin dengan ledakan hebat seperti Nebula di atas. Ledakannya, boleh jadi akan melumat bumi dan isinya. Ketika itulah, mungkin, apa yang digambarkan Allah tentang terbelahnya langit terjadi. Dan hal tersebut merupakan perkara kecil dan mudah bagi Allah.

 

========================================================================================================

Inspirasi kehidupan

 

* Membawa selusin bodyguard bukan jaminan keamanan.
Tapi rendah hati, ramah, dan tidak mencari musuh, itulah kunci keamanan.

* Obat dan vitamin bukan jaminan hidup sehat.
Jaga ucapan, jaga hati, istirahat cukup, makan dgn gizi seimbang dan olahraga yg teratur, itulah kunci hidup sehat.

* Rumah mewah bukan jaminan keluarga bahagia.
Saling mengasihi, menghormati, dan memaafkan, itulah kunci keluarga bahagia.

* Gaji tinggi bukan jaminan kepuasan hidup.
Bersyukur, berbagi, dan saling menyayangi, itulah kunci kepuasan hidup.

* Kaya raya bukan jaminan hidup terhormat.
Tapi jujur, sopan, murah hati, dan menghargai sesama, itulah kunci hidup terhormat.

* Hidup berfoya-foya bukan jaminan banyak sahabat.
Tapi setia kawan, bijaksana, mau menghargai, menerima teman apa adanya dan suka menolong, itulah kunci banyak sahabat.

* Kosmetik bukan jaminan kecantikan.
Tapi semangat, kasih, ceria, ramah, dan senyuman, itulah kunci kecantikan.

* Satpam dan tembok rumah yang kokoh bukan jaminan hidup tenang.
Hati yang damai, kasih dan tiada kebencian itulah kunci ketenangan dan rasa aman.

* Hidup kita itu sebaiknya ibarat “bulan & matahari”
Dilihat orang atau tidak, ia tetap bersinar. Dihargai orang atau tidak, ia tetap menerangi. Diterimakasihi atau tidak, ia tetap “berbagi”.

***Jika Anda bilang Anda susah, banyak orang yang lebih susah dari Anda.
Jika Anda bilang Anda kaya, banyak orang yang lebih kaya dari Anda.
Di atas langit, masih ada langit.
Suami, istri, anak, jabatan, harta adalah “titipan sementara”.
Itulah kehidupan.

* Nikmatilah hidup selama Anda masih memilikinya dan terus belajar untuk bersyukur dengan keadaanmu...!
Karena Anda tidak akan tahu kapan Sang Pemilik Raga akan datang dan mengatakan pada Anda,
“Ini saatnya pulang!”— memaksa Anda meninggalkan apapun yang Anda cintai, dan Anda banggakan.


Semoga selalu berbahagia dengan keadaan yang anda miliki dan jalani saat ini.

Khazanah Al-Qur'an

 

Setiap Jengkal di Bumi Adalah Mihrab !

 

Bagi hamba yang telah meyakini bahwa Allah swt adalah Tuhan yang harus disembah.

Bagi hamba yang telah menyadari bahwa tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah.

Maka setiap ruang di bumi ini adalah tempat ibadah baginya. Setiap jengkal di bumi ini adalah mihrab tempat ia menghamba kepada Tuhannya.

Karena sebagai hamba, kita harus mengingat satu poin yang sangat penting. Apabila hal ini selalu diingat maka kita akan selamat dari godaan dan rayuan setan serta hawa nafsu. Bila hal ini selalu diingat maka hatinya akan semakin kokoh dan tabah menghadapi berbagai ujian dan cobaan dalam hidup.

Poin penting itu adalah hendaknya setiap hamba harus mencari apa yang diinginkan Tuhannya, bukan mencari apa yang diinginkan oleh dirinya.

 

فَٱسۡتَقِمۡ كَمَآ أُمِرۡتَ

 

“Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu.”
(QS. Hud (11) : 112)

Perhatikan kata “sebagaimana telah diperintahkan kepadamu” sebagai penekanan agar setiap hamba melakukan apa yang diperintahkan (diinginkan) oleh Tuhannya, bukan menyesuaikan dengan apa yang menjadi keinginan pribadinya.

Apabila hal ini selalu direnungkan maka kita akan sadar posisi kita adalah hamba, sementara Dia adalah Sang Pencipta.

“Aku adalah seorang budak maka tugasku adalah menjalankan keinginan Tuhanku, bukan melayani keinginan jiwaku.”

Kita dapat melihat bagaimana Sayyidah Maryam yang menghabiskan hidupnya didalam mihrab untuk beribadah. Hingga ibadah wanita suci ini diabadikan didalam firman-Nya,

 

كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيۡهَا زَكَرِيَّا ٱلۡمِحۡرَابَ

 

“Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah).”
(QS. Ali ‘Imran (3) : 37)

Namun tiba-tiba Allah memerintahkan Maryam untuk keluar dari mihrabnya. Manisnya ibadah didalam mihrab harus ia tinggalkan untuk menggoyangkan pohon kurma di sebuah kebun.

Tapi bagi Maryam, mihrab maupun kebun semuanya adalah tempat untuk beribadah kepada Allah swt. Karena dia hanya melakukan apa yang diinginkan oleh Allah swt.
Begitupula ketika Nabi Musa as harus keluar dari Mesir dan dikejar-kejar oleh pasukan Fir’aun, disepanjang jalan beliau berdoa :

وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلۡقَآءَ مَدۡيَنَ قَالَ عَسَىٰ رَبِّيٓ أَن يَهۡدِيَنِي سَوَآءَ ٱلسَّبِيلِ

Dan ketika dia menuju ke arah negeri Madyan dia berdoa lagi, “Mudah-mudahan Tuhanku memimpin aku ke jalan yang benar.”
(QS. Al-Qashash (28) : 22)

Dimanapun Nabi Musa as berada, bagaimana pun kondisinya, beliau tetap berhubungan dengan Allah swt dan menjadikan setiap jengkal dari bumi ini sebagai mihrab, tempat untuk beribadah.

Begitupula Nabi Yusuf as juga menjadikan penjara sebagai tempat ibadah dan berdakwah.

يَٰصَٰحِبَيِ ٱلسِّجۡنِ ءَأَرۡبَابٞ مُّتَفَرِّقُونَ خَيۡرٌ أَمِ ٱللَّهُ ٱلۡوَٰحِدُ ٱلۡقَهَّارُ

“Wahai kedua penghuni penjara! Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa?”
(QS. Yusuf (12) : 39)

Nabi Muhammad saw pernah bersabda :

 

جُعِلَت لِيَ الأَرْضُ مَسْجِدًا وَ طَهُورًا

 

“Dijadikan bagiku tanah (bumi) sebagai tempat sujud dan suci.”

Karena itu carilah apa yang diinginkan oleh Allah dan tekanlah egomu. Jangan menuruti apa yang anda inginkan dan menyampingkan apa yang diinginkan Allah.
Diriwayatkan bahwa Iblis pernah berkata kepada Allah swt,
“Ya Allah, jangan engkau perintahkan aku untuk bersujud kepada Adam, aku akan beribadah kepadamu dengan ibadah yang sangat banyak bahkan melebihi semua makhlu-Mu.”
Allah swt menjawab, “Sembahlah Aku sesuai keinginan-Ku, bukan seperti keinginanmu.”
Ingatlah selalu bahwa kita adalah hamba. Dan setiap hamba tidak layak memiliki pilihan selain yang diinginkan oleh Tuannya.

Semoga Bermanfaat 

 

 

TIGA BELAS KEDUDUKAN DALAM SHALAT


Shalat itu memiliki kedudukan yang mulia. Dalil-dalil yang diutarakan kali ini sudah menunjukkan kedudukan dan muliannya ibadah shalat.

1- Shalat adalah tiang Islam. Islam seseorang tidaklah tegak kecuali dengan shalat.

Dalam hadits Mu’adz disebutkan,

رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ

“Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak perkaranya adalah jihad” (HR. Tirmidzi no. 2616. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan). Yang namanya tiang suatu bangunan jika ambruk, maka ambruk pula bangunan tersebut. Sama halnya pula dengan bangunan Islam.

2- Shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab. Amalan seseorang bisa dinilai baik buruknya dinilai dari shalatnya.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

” إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ ” .

“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala  mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”

Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu Daud no. 864, Ahmad 2: 425, Hakim 1: 262, Baihaqi, 2: 386. Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, penilaian shahih ini disepakati oleh Adz Dzahabi)

3- Perkara terakhir yang hilang dari manusia adalah shalat.

Dari Abu Umamah Al Bahili, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الإِسْلاَمِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِى تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضاً الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلاَةُ

“Tali ikatan Islam akan putus seutas demi seutas. Setiap kali terputus, manusia bergantung pada tali berikutnya. Yang paling awal terputus adalah hukumnya, dan yang terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad 5: 251. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid)

Hadits ini jelas menyatakan bahwa ketika tali Islam yang pertama sudah putus dalam diri seseorang, yaitu ia tidak berhukum pada hukum Islam, ia masih bisa disebut Islam. Di sini Nabi tidak mengatakan bahwa ketika tali pertama putus, maka kafirlah ia. Bahkan masih ada tali-tali yang lain hingga yang terakhir adalah shalatnya.

Dari Zaid bin Tsabit, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَوَّلُ مَا يَرْفَعُ مِنَ النَّاسِ الأَمَانَةُ وَ آخِرُ مَا يَبْقَى مِنْ دِيْنِهِمْ الصَّلاَةُ

“Yang pertama kali diangkat dari diri seseorang adalah amanat dan yang terakhir tersisa adalah shalat.” (HR. Al Hakim At Tirmidzi dan disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jami’, 2: 353).

4- Shalat adalah akhir wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa di antara wasiat terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الصَّلاَةَ الصَّلاَةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ

“Jagalah shalat, jagalah shalat dan budak-budak kalian” (HR. Ahmad 6: 290. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya).

5- Allah memuji orang yang mengerjakan shalat.

Allah Ta’ala berfirman,

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا (54) وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا (55)

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabbnya. ” (QS. Maryam: 54-55).

6- Allah mencela orang yang melalaikan dan malas-malasan dalam menunaikan shalat.

Allah Ta’ala berfirman,

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam: 59).

Dalam ayat lain disebutkan,

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An Nisa’: 142).

7- Rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat adalah shalat.

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

“Islam dibangun atas lima perkara, yaitu : (1) bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) naik haji ke Baitullah (bagi yang mampu, -pen), (5) berpuasa di bulan Ramadhan.”  (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)

8- Shalat diwajibkan tanpa perantara Jibril ‘alaihis salam. Tetapi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang langsung mendapatkan perintah shalat ketika beliau melakukan Isra’ dan Mi’raj.

9- Awalnya shalat diwajibkan sebanyak 50 shalat. Ini menunjukkan bahwa Allah amat menyukai ibadah shalat tersebut. Kemudian Allah memperingan bagi hamba-Nya hingga menjadi 5 waktu dalam sehari semalam. Akan tetapi, tetap saja shalat tersebut dihitung dalam timbangan sebanyak 50 shalat, walaupun dalam amalan hanyalah 5 waktu. Ini sudah menunjukkan mulianya kedudukan shalat.

10- Allah membuka amalan seorang muslim dengan shalat dan mengakhirinya pula dengan shalat. Ini juga yang menunjukkan ditekankannya amalan shalat.

Allah Ta’ala berfirman,

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3) وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (4) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (6) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (7) وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (9)

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.” (QS. Al Mu’minun: 1-9).

11- Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umatnya untuk memerintahkan keluarga mereka supaya menunaikan shalat.

Allah Ta’ala berfirman,

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132).

12- Semenjak anak-anak sudah diperintahkan shalat dan boleh dipukul jika tidak shalat pada waktu berumur 10 tahun. Perintah shalat ini tidak ditemukan pada amalan lainnya, sekaligus hal ini menunjukkan mulianya ibadah shalat.

Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu, beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ

“Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka“. (HR. Abu Daud no. 495. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

13- Siapa yang tertidur atau lupa dari shalat, maka hendaklah ia mengqodhonya. Ini sudah menunjukkan kemuliaan shalat lima waktu karena mesti diganti.

Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ نَسِىَ صَلاَةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا ، لاَ كَفَّارَةَ لَهَا إِلاَّ ذَلِكَ

“Barangsiapa yang lupa shalat, hendaklah ia shalat ketika ia ingat. Tidak ada kewajiban baginya selain itu.” (HR. Bukhari no. 597 dan Muslim no. 684).

Dalam riwayat Muslim disebutkan,

مَنْ نَسِىَ صَلاَةً أَوْ نَامَ عَنْهَا فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا

“Barangsiapa yang lupa shalat atau tertidur, maka tebusannya adalah ia shalat ketika ia ingat.” (HR. Muslim no. 684). Dimisalkan dengan orang yang tertidur adalah orang yang pingsan selamat tiga hari atau kurang dari itu, maka ia mesti mengqodho shalatnya. Namun jika sudah lebih dari tiga hari, maka tidak ada qodho karena sudah semisal dengan orang gila

 

 

KEUTAMAAN KEUTAMAAN IBADAH SHALAT


Banyak kita temukan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang keutamaan ibadah shalat. Akan tetapi, sungguh mengherankan ketika kita jumpai kaum muslimin yang tidak mengetahui atau pura-pura tidak tahu tentang keutamaan dan kedudukan ibadah shalat sehingga melalaikannya. Bagi sebagian kaum muslimin, shalat adalah ibadah yang paling tidak menarik, merepotkan, dan melelahkan. Jadilah mereka tidak mendirikan shalat, tidak menyisihkan waktu untuk mendirikan shalat, bahkan terkadang mengejek saudaranya yang perhatian dengan shalat, atau menjadikan shalat sebagai bahan gurauan dan candaan.

Dalam tulisan singkat ini, kami akan sebutkan sedikit tentang keutamaan ibadah shalat, sebagai bahan pengingat bagi penulis pribadi, dan juga kaum muslimin yang membaca tulisan ini.

Shalat adalah penyejuk hati dan penghibur jiwa

Shalat merupakan penyejuk hati, penghibur dan penenang jiwa. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا النِّسَاءُ وَالطِّيبُ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ

“Dijadikan kesenanganku dari dunia berupa wanita dan minyak wangi. Dan dijadikanlah penyejuk hatiku dalam ibadah shalat.” (HR. An-Nasa’i no. 3391 dan Ahmad 3: 128, shahih)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

قُمْ يَا بِلَالُ فَأَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ

“Wahai Bilal, berdirilah. Nyamankanlah kami dengan mendirikan shalat.” (HR. Abu Dawud no. 4985, shahih)

Shalat adalah dzikir, dan dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala, hati pun menjadi tenang. Shalat adalah interaksi antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Seorang hamba berdiri di hadapan Rabb-nya dengan ketundukan, perendahan diri, bertasbih dengan memuji-Nya, membaca firman Rabb-nya, mengagungkan Allah baik dengan perkataan dan perbuatan, memuji Allah Ta’ala dengan pujian yang memang layak ditujukan untuk diri-Nya, dia meminta kepada Allah Ta’ala berupa kebutuhan dunia dan akhirat.

 

Shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar

Jika seorang hamba mendirikan shalat sesuai dengan ketentuan dan petunjuk syariat, maka shalat tersebut akan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-‘Ankabuut [29]: 45)

Kemampuan shalat untuk mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar itu sangat tergantung kepada kualitas ibadah shalat yang dilakukan. Minimal, ketika sedang shalat itu sendiri seseorang berhenti dan tercegah dari perbuatan keji dan mungkar. Karena ketika sedang shalat, seseorang sedang melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Ada yang selesai shalat kemudian mencuri sandal di masjid, misalnya, karena memang kualitas shalatnya yang buruk sehingga tidak lama selesai shalat, dia kembali lagi melakukan kemungkaran.

Kualitas shalat yang bagus antara lain ditandai dengan hati yang kembali bertaubat kepada Allah Ta’ala, menghadirkan hatinya menghadap Allah Ta’ala, dan kuatnya keimanan di dalam hati. Jika seorang hamba terus-menerus dalam kondisi seperti itu, maka ketika dia memiliki keinginan melakukan kemungkaran, dia pun ingat dengan kondisi dirinya ketika menghadap Allah Ta’ala dalam shalatnya, sehingga pada akhirnya dia pun tercegah dari perbuatan kemungkaran tersebut.

 

Shalat sebagai penolong manusia terkait urusan agama dan dunia

Allah Ta’ala berfirman,

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al-Baqarah [2]: 45)

Diriwayatkan dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ، صَلَّى

“Dulu jika ada perkara yang menyusahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mendirikan shalat.” (HR. Abu Dawud no. 1420, hadits hasan)

Pahala dan kebaikan yang besar telah disiapkan untuk hamba-Nya yang mendirikan shalat

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَمْسُ صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللَّهُ عَلَى الْعِبَادِ، فَمَنْ جَاءَ بِهِنَّ لَمْ يُضَيِّعْ مِنْهُنَّ شَيْئًا اسْتِخْفَافًا بِحَقِّهِنَّ، كَانَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدٌ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَمْ يَأْتِ بِهِنَّ فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدٌ، إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ، وَإِنْ شَاءَ أَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ

“Lima shalat yang telah Allah Ta’ala wajibkan kepada para hamba-Nya. Siapa saja yang mendirikannya dan tidak menyia-nyiakan sedikit pun darinya karena meremehkan haknya, maka dia memiliki perjanjian dengan Allah Ta’ala untuk memasukkannya ke dalam surga. Sedangkan siapa saja yang tidak mendirikannya, dia tidak memiliki perjanjian dengan Allah Ta’ala. Jika Allah menghendaki, Dia akan Menyiksanya. Dan jika Allah Menghendaki, Allah akan memasukkan ke dalam surga.” (HR. Abu Dawud no. 1420, An-Nasa’i no. 426 dan Ibnu Majah no. 1401, shahih)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَالصَّلَاةُ نُورٌ

“Shalat adalah cahaya.” (HR. Muslim no. 223)

Yaitu cahaya dalam hati, wajah, cahaya di alam kubur dan cahaya pada hari kiamat.

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan tentang shalat pada suatu hari, kemudian berkata,

مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا، وَبُرْهَانًا، وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ، وَلَا بُرْهَانٌ، وَلَا نَجَاةٌ ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ

“Siapa saja yang menjaga shalat maka dia akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan pada hari kiamat. Sedangkan siapa saja yang tidak menjaga shalat, dia tidak akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan. Dan pada hari kiamat nanti, dia akan dikumpulkan bersama dengan Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad 2: 169 dengan sanad yang hasan)

 

Qarun adalah simbol orang yang lalai karena sibuk dengan harta. Fir’aun lalai karena sibuk dengan kekuasaan dan kerajaan. Haman (perdana menteri Fir’aun) lalai karena sibuk menjilat penguasa demi meraih jabatan yang tinggi. Sedangkan Ubay bin Khalaf sibuk dengan urusan perdagangan atau bisnisnya. Inilah gambaran orang-orang yang disibukkan dengan perkara dunia sehingga lalai dari shalat.

Shalat adalah penggugur atas dosa-dosa kecil dan membersihkan kesalahan

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ، هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ؟

“Bagaimana pendapatmu jika di depan pintu rumahmu ada sungai, lalu Engkau mandi sehari lima kali? Apakah tersisa kotoran di badannya?”

Para sahabat menjawab,

لَا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ

“Tidak akan tersisa kotoran sedikit pun di badannya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ، يَمْحُو اللهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا

“Itu adalah permisalan untuk shalat lima waktu. Dengan shalat lima waktu, Allah Ta’ala menghapus dosa-dosa (kecil).” (HR. Bukhari no. 528 dan Muslim no. 667)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الصَّلَاةُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ، مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ

“Shalat lima waktu, shalat Jum’at ke shalat Jum’at berikutnya, adalah penggugur dosa di antara keduanya, selama dosa-dosa besar ditinggalkan.” (HR. Muslim no. 233)


Shalat adalah penghubung paling kuat antara hamba dengan Rabb-nya

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ

“Allah Ta’ala berfirman, “Aku membagi shalat (yaitu surat Al-Fatihah, pent.) untuk-Ku dan hamba-Ku menjadi dua bagian. Dan untuk hamba-Ku sesuai dengan apa yang dia minta.”

فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي

Ketika hamba berkata (yang artinya), “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam”; Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku memujiku.”

وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي

Ketika hamba berkata (yang artinya), “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”; Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku menyanjungku.” (sanjungan yaitu pujian yang berulang-ulang, pent.)

وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ} ، قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي

Ketika hamba berkata (yang artinya), “Yang menguasai hari pembalasan”; Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku memuliakanku.” Dan terkadang Allah berfirman, “Hamba-Ku memasrahkankan urusannya kepada-Ku.”

فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ

Ketika hamba berkata (yang artinya), “Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan”; Allah Ta’ala berfirman, “Ini adalah antara Aku dan hamba-Ku. Dan untuk hamba-Ku apa yang dia minta.”

 

فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ

Dan ketika hamba berkata (yang artinya), “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”; Allah Ta’ala berfirman, “Ini adalah untuk hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dia minta.” (HR. Muslim no. 395)

 

Faidah tambahan dari hadits di atas adalah bahwa nama lain surat Al-Fatihah adalah “shalat”, karena surat Al-Fatihah senantiasa dibaca ketika shalat. Hadits ini juga menjadi dalil bagi sebagian ulama bahwa surat Al-Fatihah itu dimulai dari ayat,

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

sedangkan basmalah bukan termasuk dari bagian surat Al-Fatihah. Masalah ini dapat dibaca lebih detail di tulisan-tulisan lainnya yang khusus membahas permasalahan ini. 

Maka apakah kita temukan adanya penghubung yang lebih erat antara seorang hamba dengan Rabbnya melebihi ketika seorang hamba mendirikan shalat? Yaitu ketika seorang hamba yang berada di bumi mendirikan dan memperhatikan shalat dengan membaca surat Al-Fatihah ayat demi ayat, dan Allah Ta’ala merespon (menjawab) bacaan surat tersebut dari atas langit yang tujuh? Renungkanlah keutamaan yang sangat besar ini, wahai kaum muslimin.

 

 

Khazanah Al-Qur'an

 

Allah Tidak Akan Membiarkan Pengkhianatan Berjalan Mulus !

Sejak bumi diciptakan hingga hari akhir nanti, para pengkhianat di muka bumi ini pasti akan dipermalukan oleh Allah swt.

Setiap pengkhianatan,
makar dan tipu daya pasti akan terbongkar.

Ketika seseorang mengkhianati partner kerjanya, ketika amanat tidak disampaikan sebagaimana mestinya, ketika perjanjian yang telah disepakati tiba-tiba dilanggar, mungkin saat itu orang yang menjadi korban pengkhianatan tidak bisa berbuat apa-apa.

Tapi ingatlah, Allah swt telah berjanji tidak akan melanggengkan rencana para pengkhianat.

 

وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي كَيۡدَ ٱلۡخَآئِنِينَ

 

“Dan bahwa Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.”
(QS. Yusuf (12) : 52)

Suatu saat pengkhianatan itu akan terbongkar dari lisan pelakunya sendiri.
Tanpa disadari ia akan menampakkan kebohongan dan pengkhianatannya.

Karena Allah swt punya berbagai cara untuk membongkar pengkhianatan seseorang.

Apapun bentuk pengkhianatan adalah perbuatan yang sangat busuk dan keji.
Bahkan Rasulullah saw menyebutkan bahwa para pengkhianat termasuk dalam golongan orang-orang yang munafik.

Bukankah Rasulullah saw pernah bersabda,

“Tanda orang munafik itu ada tiga :

1. Bila berbicara ia berdusta.

2. Bila berjanji ia mengingkari.

3. Bila dipercaya ia mengkhianati.

Walaupun ia puasa, sholat dan mengaku bahwa ia muslim.”

Amanat adalah sesuatu yang harus dijaga dan disampaikan pada yang berhak.

Walau ia milik orang non muslim, kita wajib memberikannya dan Islam melarang untuk berlaku khianat.

Dalam ayat lain Allah swt berfirman,

 

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡخَآئِنِينَ

 

“Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berkhianat.”
(QS. Al-Anfal (8) : 58)

Ayat-ayat diatas ingin menyadarkan kita untuk jangan sekali-kali berbuat khianat. Semulus apapun rencana yang kau buat, pasti suatu saat akan terbongkar.
Sebagaimana Zulaikha yang telah menyiapkan segala cara untuk menutupi perbuatan kejinya, namun pada akhirnya ia sendiri yang mengakui pengkhianatan yang ia lakukan.

Karena Allah swt tidak akan membiarkan rencana para pengkhianat berjalan langgeng.

 

Embun Pagi.....


MENILIK INFORMASI
KUNCI SUKSES AKHIRAT KE - 1002

 

A. RUKUN IMAN

4⃣. Iman kepada nabi dan Rasul

Assalamu 'alaikum wr. Wb.

Mari kita menilik informasi yang berkaitan dengan Nabi Muhammad saw

II. SIFAT-SIFAT MUHAMMAD SAW DAN PARA SAHABAT

B.BEBERAPA BUDI PEKERTI
1. KAUM MUHAJIRIN
Kemiskinan dan kesulitan di bawah Islam

QS Al-Baqarah, 2 : 214

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.

QS Al-Anfāl, 8 : 26

وَاذْكُرُوا إِذْ أَنْتُمْ قَلِيلٌ مُسْتَضْعَفُونَ فِي الْأَرْضِ تَخَافُونَ أَنْ يَتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَآوَاكُمْ وَأَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهِ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan ingatlah ketika kamu (para Muhajirin) masih (berjumlah) sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), dan kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Dia memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki yang baik agar kamu bersyukur.

QS Al-Ḥadid, 57 : 10

وَمَا لَكُمْ أَلَّا تُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا ۚ وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Dan mengapa kamu tidak menginfakkan hartamu di jalan Allah, padahal milik Allah semua pusaka langit dan bumi? Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu. Dan Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.

Wallahu a'lam
Mohon maaf atas segala kesalahan dan keterbatasan saya.

Mari kita berdoa kepada Allah SWT

رَبَّنَا ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ ٱلْحِسَابُ
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)
Ibrahim - 41

 

 

 

 

Kemukjizatan Lebah dan Madu dalam Alquran

 

             Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT pasti tak ada yang sia-sia. Di antara ciptaan Sang Khalik yang istimewa adalah lebah.  Serangga yang satu ini menempati posisi penting dibanding serangga lainnya. Tak heran jika lebah dijadikan salah satu nama surat dalam Alquran.

Surat ke-16 dalam Alquran adalah An Nahl yang berarti lebah.  Secara khusus, surat  Makkiyah tersebut dinamakan An Nahl atau lebah, karena pada ayat ke-68 terdafat firman Allah SWT yang berbunyi, ''Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.''

Lebah memang spesial. Ia merupakan makhluk Allah SWT yang banyak memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia. Dalam penjelasan surat An Nahl yang tercantum dalam Alquran dan Terjemahannya disebutkan bahwa ada persamaan antara madu yang dihasilkan oleh lebah dengan Alquranul Karim.

Apa persamaannya? Simak ayat berikut: ''... Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.'' (QS An Nahl:69).

 

Madu berasal dari sari bunga dan menjadi obat bagi bermacam-macam penyakit manusia. Sedangkan Alquran mengandung inti sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi zaman dahulu ditambah dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa  sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kemukjizatan madu sebagaimana disampaikan Alquran telah terbukti secara ilmiah. Dalam Tafsir Alquran, Sayyid Quthb mengungkapkan, madu sebagai obat penyembuh penyakit sudah dibuktikan secara ilmiah oleh para pakar kedokteran. Inilah salah satu bukti kebenaran ayat Alquran yang harus diyakni umat manusia.

Sedangkan dalam Tafsir Alquran Ibnu Katsir diterangkan bahwa madu lebah itu warnanya bermacam-macam sesuai dengan makanannya. Ada yang berwarna putih, kuning, maupun merah. Selain itu, menurut Ibnu Katsir, madu cocok bagi setiap orang, misalnya untuk mengobati dingin, karena madu itu panas.

Di dunia Islam, penggunaan madu sebagi obat sudah diterapkan sejak zaman Nabi Muhammad  SAW. Pada saat itu, madu digunakan  untuk mengobati penyakit diare. Lem lebah yang berasal dari madu juga sangat berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit.

Kajian khasiat madu secara ilmiah juga telah diteliti oleh ilmuwan Muslim terkemuka di era keemasan Islam, yakni Ibnu Sina (890-1037). Bapak kedokteran dunia dan pemikir Muslim agung di abad ke-10 M itu tercatata sebagai dokter  yang mengulas mengenai khasiat madu dari segi kesehatan dan dunia kedokteran.

Selama hidupnya Ibnu Sina banyak mengkonsumsi madu sehingga awet muda dan berumur panjang. Madu, menurut Ibnu Sina, dapat menyembuhkan berbagai penyakit dari yang ringan sampai yang berat, seperti tekanan darah tinggi dan jantung. Madu juga dapat menurunkan suhu badan serta mengatur sekresi, sehingga dapat menghilangkan penyakit demam.

Ibnu Sina  juga telah meneliti khasiat madu untuk perawatan kecantikan tubuh. Menurut Ibnu Sina,  madu dan minyak zaitun mampu menjadi obat mujarab yang digunakan sebagai kosmetika yang memiliki  beragam khasiat.

Madu dan minyak zaitun, papar Ibnu Sina,  bisa mengencangkan kulit muka dan seluruh kulit badan. Kedua bahan alami yang mendapat perhatian khusus dalam Alquran itu mampu menghilangkan flek-flek hitam dan jamur kulit.  Selain itu, madu dan minyak zaitun juga bisa menghaluskan kulit dan mengurangi reutan pada wajah.

Yang tak kalah menariknya, Ibnu Sina pun telah menemukan fakta bahwa minyak zaitun dan  madu mampu menghilangkan bau badan yang tak sedap, serta bisa memberikan vitamin pada kulit dan melembabkannya. Selain untuk kosmetik, madu juga bisa digunakan untuk bearagam kegunaan lainnya. Mulai dari makanan, obat-obatan sampai bahan untuk alat-alat kecantikan.

 

Sejatinya, manfaat madu telah dirasakan peradaban manusia sejak dahulu kala.  Orang Mesir Kuno telah mengonsumsinya. Penduduk Mesir Kuno sudah terbiasa memanfaatkan madu sebagai makanan bergizi tinggi serta  obat  berbagai macam penyakit yang mujarab. Meski begitu, peradaban kuno belum mampu menjelaskannya secara ilmiah.

 

Adalah Ibnu Sina  seorang dokter legendaris sepanjang masa – yang telah berhasil  membuktikan kebenaran khasiat madu tersebut, dalam usia tua.  Konon, Ibnu Sina masih tetap kelihatan sehat dan segar bugar layaknya seorang pemuda, karena terbiasa mengonsumsi madu.

 

Hasil penelitian terakhir yang dikeluarkan dari Universitas Moskow, menyatakan madu ternyata juga mengandung logam alumunium, boron, krom, tembaga, timbal, titanium, seng, asam organik, asetilkolin, hormon, antibiotik, zat antiracun serta zat antikanker.

 

Zat-zat ini sangat penting untuk memperlancar proses biokimia tubuh dan proses penyembuhan aneka penyakit. Sementara kandungan enzim dalam madu dilaporkan paling tinggi jika dibandingkan dengan mahanan lainnya.

 

Penelitian ini juga menyebutkan madu diyakini dapat menyembuhkan tukak lambung (maag), radang usus, serta kesulitan buang air besar (sembelit). Jadi sangat baik memang untuk mengkonsumsi madu dalam keseharian kita.

Dalam Alquran, madu pun menjadi simbol kenikmatan surga  balasan bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa. ''(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?'' (QS:MUHAMMAD: 15).

Khasiat Madu dalam Kajian Medis

Mengobati sakit kulit

Madu berkhasiat  mengobati sakit kulit seperti borok dan bisul. Cara pengobatannya pun terbilang mudah.  Madu yang cair dipanaskan sehingga menjadi adonan lunak menjadi lem lebah. Setelah itu, lem lebah dilipat dan diletakkan di atas kulit yang terluka kemudian dibalut dengan kain tipis. Sehingga kulit yang terluka itu menjadi kering dan berjatuhan.

Dalam ensiklopedia Kemukjizatan Penciptaan Hewan karya DR Magdy Shehab diungkapkan, pada 1965 Moltarnog berhasil mengobati orang-orang yang terkena radang kulit dengan menggunakan campuran cairan alkohol bersuhu 85 derajat dengan lem lebah.

Selain itu, G Mikhmediarof juga berhasil menyembuhkan pasiennya yang terkena radang kulit syaraf atau eksim kronis dengan obat gosok lem lebah. Sementara itu, P Ityasof mampu mengobati luka bakar dengan lem lebah. Dengan komposisinya yang menakjubkan. Lem lebah ini sangat luar biasa khasiatnya. Lem lebah bisa membunuh kuman dan mengaktifkan zat untuk memperbanyak sel kulit.

* Mengobati sakit mulut

Seorang dokter gigi terkemuka, F Romanoff, menyatakan, bahwa lem lebah dengan kadar  dua hingga empat persen dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit akibat sariawan maupun luka bernanah di dalam mulut. Cairan lem lebah yang dicampur dengan perasan tanaman lidah buaya juga sangat baik untuk mengobati sariawan.

Campuran lem lebah dan sari lidah buaya ini juga baik untuk mengobati luka bernanah pada selaput mulut. Untuk menyembuhkan radang di sekitar gigi, diperlukan cairan lem lebah sebanyak 20 tetes dengan campuran alkohol 15 hingga 20 persen, lalu direbus hingga mendidih.

Kemudian cairan tersebut didinginkan dalam suhu kamar selama satu sampai dua hari. Baru setelah itu, cairan tersebut digunakan untuk berkumur-kumur bagi penderita radang di sekitar gigi tersebut.

 

Dr Agard, seorang dokter dari Denmark telah melakukan kajian terhadap pasien-pasiennya yang terkena radang tenggorokan. Dia meminta kepada pasiennya untuk berkumur dengan madu yang telah dicairkan sebanyak dua sampai tiga kali dalam satu hari. Selain itu, penderita radang tenggorokan juga diminta untuk meminum madu. Hal ini perlu dilakukan mengingat madu bisa meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit.

 

* Mengobati penyakit wanita

Institut Kedokteran Algerm telah mempraktikkan penggunaan lem lebah untuk mengobati berbagai macam penyakit wanita seperti radang leher rahim, radang vagina, maupun luka nanah leher rahim.

 

Menurut Institut tersebut, wanita yang mengalami sakit radang leher rahim maupun radang vagina harus dibersihkan terlebih dulu vaginanya dari berbagai macam kotoran. Setelah bersih, kain tipis yang bersih diolesi dengan obat gosok lem lebah. Lalu kain tersebut diletakkan di tempat yang radang tersebut. Maka penyakitnya akan membaik setelah 12 jam.

 

* Mengobati sakit pernapasan

Seorang dokter bernama Urich telah mengobati berbagai macam penyakit pernapasan seperti penyakit paru-paru, radang hidung, pilek, maupun radang saluran pernafasan dengan menggunakan lem lebah.

 

Cara pengobatannya, 60 gram lem lebah dan 40 gram intisari madu diletakkan di sebuah wadah alumunium dengan kapasitas 300 hingga 400 ml. Lalu wadah yang berisi lem lebah dan intisari madu tersebut diletakkan di dalam wadah stainless berisi air mendidih.

 

 ada saat proses inilah, zat-zat aktif fetonsedat dalam lem lebah akan memanas dan menguap bersama air. Uap inilah yang harus dihisap oleh para penderita penyakit saluran pernafasan sebanyak dua kali sehari sampai penderita sembuh dari penyakit yang dideritanya.

* Penyakit mata

Dr Mosahrankof  berhasil mengobati penyakit mata dengan dengan menyuntikkan cairan madu sebanyak 0,3 hingga 1 persen ke dalam kantong konjungtifa (selaput pada pelupuk mata). Setelah itu, pasien yang berpenyakit mata akan mengalami penurunan rasa sakit pada matanya. Selain itu pusing yang diderita penderita penyakit mata juga berkurang hingga sembuh.

* Mengobati sakit pencernaan

Dr Gorpateno melakukan pengobatan terhadap para pasiennya yang mengalami luka di usus. Dia memberikan 50 hingga 60 tetes cairan madu satu setengah jam sebelum pasien tersebut makan sebanyak tiga kali sehari. Masa penyembuhan itu berlangusng dalam jangka waktu tiga hingga empat pekan.

 

 

Sebelum Sains Modern, Rasulullah Ungkap Rahasia Obat pada Sayap Lalat

 

             Banyak orang mungkin membenci lalat, serangga kecil yang terbiasa hidup di lingkungan kotor. Sering hinggap di atas makanan yang hendak dikonsumsi manusia. Hewan ini pun sering dianggap sebagai pembawa penyakit yang menjijikan.

Lalat yang berjumlah banyak di Bumi disebutkan hampir memiliki 87 ribu spesies. Faktanya, lalat makan dari sampah dan limbah bahan organik yang mengandung bakteri, virus, mikroba, atau kuman.

Namun, tahukah anda bahwa Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa selain membawa penyakit, lalat juga menyediakan penawar pada salah satu sayapnya. Hal ini sebagaimana dalam hadist berikut:

Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Apabila seekor lalat masuk ke dalam minuman salah seorang dari kalian, maka celupkanlah ia, sebab pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya ada obat penawarnya, maka dari itu celupkan semuanya,” (HR Abu Daud).

Bagi sebagian orang, mungkin menganggap aneh dan tidak percaya pada adanya hadits ini. Bagaimana tidak, makhluk kotor yang sering mengganggu itu mempunyai obat penawar yang dibutuhkan manusia.

Penelitian tentang Lalat

Untuk menjawab hal tersebut, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tim Departemen Mikrobiologi Medis, Fakultas Sains, Universitas Qasim, Arab Saudi tentang sayap lalat telah membuktikannya. Ternyata penelitian ini menghasilkan kesimpulan cukup mencengangkan.

Penelitian menggunakan media air steril yang dijatuhi lalat tanpa dibenamkan dan media air kedua dijatuhkan lalat dengan cara dibenamkan. Masuknya lalat pada makanan atau minuman dengan dan tanpa dicelup, ternyata memberikan hasil berbeda secara signifikan.

Media pertama yang dimasukan lalat ke dalamnya kemudian dibenamkan secara sempurna, di sana tumbuh bakteri Actinomyces yang memproduksi antibiotic. Bakteri ini biasanya menghasilkan antibiotic yang dapat diekstrak, yaitu actinomycetin dan actinomycin yang berfungsi menghambat bakteri dan bersifat anti bakteri serta anti fungi.

Sedangkan pada media kedua ditumbuhi oleh koloni bakteri pathogen tipe E. Coli, yang merupakan penyebab berbagai macam penyakit.

Dr Amin Ridha, Guru Besar Bedah Tulang Fakultas Kedokteran Universitas Iskandariyah, juga telah meneliti hadits tentang lalat dan menulis ulasannya. Dalam tulisannya, ia menyebutkan bahwa dalam rujukan-rujukan ilmu kesehatan di masa silam telah ada penjelasan tentang lalat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Bahkan, lalat pun juga menjadi obat penyakit kronis dan pembusukan yang sudah menahun.

Penelitian lain tentang lalat juga dilakukan Departemen Ilmu Biologi, Macquarie University, Australia. Para ilmuan Australia tengah mencari antibiotik baru yang diharapkan bermanfaat bagi kehidupan. Uniknya, antibiotik baru itu ada pada permukaan tubuh dan sayap lalat.

Dasar penelitian ini adalah teori tentang sistem pertahanan pada tubuh lalat terhadap mikroba. Sistem pertahanan itu dianggap luar biasa karena lalat mampu bertahan hidup di kotoran, sampah, daging dan buah di tengah ancaman bakteri, virus, kuman dan mikroba berbahaya lain.

"Penelitian kami adalah bagian kecil dari upaya penelitian global untuk menemukan antibiotik baru. Tapi kami sedang mencari dimana kami yakin belum semua orang tahu itu (antibiotik pada lalat)," kata Ms Joanne Clarke, yang mempresentasikan hasil penelitiannya.

Para ilmuwan menguji empat spesies lalat yang berbeda: lalat rumah, lalat domba, lalat buah, lalat buah Queensland yang bertelur di buah segar.

Hasil penelitian itu disimpulkan, larva dari lalat buah ini tidak membutuhkan banyak senyawa antibakteri karena mereka tidak hidup dengan banyak bakteri. Berbeda dengan larva lalat jenis lainnya yang banyak hidup di kotoran dan sampah.

Namun demikian, semua jenis lalat pada dasarnya memiliki antibakteri yang berada di kulit dan sayap mereka. Antibakteri itu diekstraksi sederhana oleh lalat untuk menjaga tubuh mereka. "Kami sekarang berusaha untuk mengidentifikasi senyawa antibakteri tertentu (pada tubuh lalat) yang bermanfaat bagi manusia," kata Ms Clarke.

Dari kedua penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa masuknya lalat pada makanan atau minuman dengan atau tanpa dicelup, maka memberikan hasil berbeda secara signifikan. Penelitian ini semakin mempertegas kebenaran sabda Nabi Muhammad bahwa pada sayap lalat itu terdapat penyakit beserta penawarnya.

Keterangan ini telah terungkap belasan abad yang lalu sampai penelitian sains membuktikan kebenaran mengenai hadits Rasulullah tersebut. Dengan demikian, Allah SWT menciptakan serangga tidak serta merta tanpa ada manfaatnya. Lalat pun memiliki obat penawar bagi manusia. (njs)

Wallahu A'lam Bishshowaab

 

ISTILAH TIAP AGAMA UNTUK ORANG DI LUAR AGAMANYA

 

Menurut ajaran Hindu, Non Hindu disebut MAITRAH

Kami tidak pernah mempermasalahkan, itu hak Umat Hindu.

Dalam ajaran Budha, Non Budhis disebut ABRAHMACARIYAVASA.
Kami pun tidak mempermasalahkan , itu hak Umat Budha.

Dalam ajaran Yahudi, orang diluar agama mrk disebut "GHOYIM" yg artinya "Lebih rendah dr Binatang". Kami juga tidak mempermasalahkan ,
itu hak Umat Yahudi.

Menurut ajaran Kristen, Non Kristiani disebut DOMBA YANG TERSESAT.
Lagi lagi kami pun tidak mempermasalahkan, itu Hak Umat Kristen.

Dalam ajaran Islam, Non Muslim disebut KAFIR (Orang Yang Tertutup Hatinya dari Kenabian Muhammad SAW.)
Lalu kenapa pada sewot, itu Hak kami sebagai seorang Muslim...!!!

"KAFIR" itu istilah dari Al-Qur'an & As-Sunnah serta Ijma, kok NU mau melarang ?

Ada Apa Dengan NU ?

Astaghfirullahal'adziim

 

Antara Rasa Harap dan Takut


Antara rasa harap (roghbah) dan takut (rohbah) ….

Saudaraku -yang semoga selalu ditunjuki kepada ketaatan-. Allah telah mengisahkan tentang Zakaria dalam firman-Nya,

وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ (89) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ (90)

”Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya:

“Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan Aku hidup seorang diri (tanpa keturunan, pen) dan Engkaulah waris yang paling baik. Maka kami memperkenankan doanya, dan kami anugerahkan kepadanya Yahya dan kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami dengan harap (rogbah) dan cemas (rohbah) dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami”. (QS. Al Anbiyaa’: 89-90).

Dari ayat ini, Allah mengisahkan tentang Zakaria, istrinya dan Yahya yang selalu bersegera dalam melakukan ketaatan dan mendekatkan diri pada Allah. Allah memuji mereka karena mereka berdoa kepada Allah dengan mengharap rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya, serta dengan merendahkan diri kepada-Nya. Mereka menyembah Allah dengan berbagai bentuk ibadah tersebut. (Lihat Aysarut Tafaasir, Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi). Maka saudaraku, perhatikanlah dalam ayat yang mulia ini, Allah mensifati para hambanya yang ikhlas yaitu yang beribadah dan berdo’a kepada-Nya dengan rasa harap dan cemas (rogbah dan rohbah) serta merendahkan diri (khusyu’) kepada-Nya.

Pengertian Rogbah dan Rohbah ..

Makna rogbah adalah meminta, merendahkan diri, dan mengharap sepenuh hati dengan penuh kecintaan yang mengantarkan kepada sesuatu yang dicintai.

Sedangkan makna rohbah adalah takut yang menyebabkan seseorang menjauh dari sesuatu yang ditakuti. (Lihat Hushulul Ma’mu bisyarhi Tsalatsatil Ushul, Syaikh Abdullah bin Sholih Al Fauzan).

Rogbah memiliki makna yang hampir sama dengan roja’. Namun keduanya memiliki perbedaan. Roja’ adalah menginginkan (hanya sekedar keinginan) sedangkan rogbah adalah usaha untuk mendapatkan yang diinginkan, namun belum bisa dipastikan keinginannya itu tercapai. (Lihat Madarijus Salikin Juz kedua, Imam Ibnul Qoyyim).

Jadi, rogbah adalah rasa harap yang lebih khusus dari roja’ dan rohbah adalah rasa takut/cemas yang lebih khusus dari khouf. (Lihat Syarhu Kitaab Tsalatsatil Ushul, Syaikh Sholih bin Abdul Aziz Alu Syaikh)

Ibadah Dibangun di atas Rasa Harap (Rogbah) dan Rasa Takut (Rohbah)

Syaikh Sholih Alu Syaikh hafidzohullah mengatakan,”Jika kalian memperhatikan dan merenungkan keadaan kaum musyrikin di sekeliling sesembahan mereka dan keadaan penyembah kubur di sisi kuburan, maka kalian akan mendapati mereka dalam keadaan khusyu’. Mereka tidak pernah melakukan ibadah di kuburan tersebut sebagaimana di rumah Allah (masjid) -yang tidak memiliki kubur maupun kubah-.

Di sisi kuburan tersebut, mereka begitu takut (rohbah) dan begitu menaruh harapan (rogbah). Mereka juga khusyu’ dan tuma’ninah (tenang), tanpa ada gerakan dari anggota badan maupun jiwa, bahkan mereka sampai takut melirik ke kanan kiri. Perbuatan seperti ini tidaklah boleh ditujukan kecuali pada Allah Ta’ala semata.

Karena setiap muslim tatkala shalat telah menegakkan ibadahnya dengan ibadah rogbah dan rohbah.

Sebagaimana tersirat dari surat Al Fatihah (surat yang minimal 17 kali dibaca setiap harinya, pen) pada firman-Nya:”Ar Rohmanir Rohiim (Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)”. Ini menunjukkan bahwa ibadah dibuka dengan rasa harap (rogbah) dan firman-Nya:”Maliki yaumiddiin (Yang menguasai di hari pembalasan)”. Ini menunjukkan bahwa ibadah dimulai dengan rasa cemas/takut kepada Allah (rohbah). Jadi, ibadah itu dibangun atas dua unsur yaitu rogbah (harap) dan rohbah (cemas/takut).” (Lihat Syarhu Kitaab Tsalatsatil Ushul)

Rasa Harap dan Takut Para Ulama

Saudaraku –yang semoga selalu mendapatkan taufik Allah Ta’ala-, lihatlah bagaimana kisah ulama terdahulu yang begitu khawatir keimanannya akan hilang yaitu Sufyan Ats Tsauri tatkala menemui ajalnya di sisi Abdurrahman bin Mahdi. Sufyan di saat itu merasakan beratnya kematian dan tiba-tiba menangis. Kemudian seseorang berkata kepada beliau, ”Wahai Abu Abdillah (yaitu nama kunyah Sufyan Ats Tsauri, pen), saya melihat Engkau merasa punya banyak dosa?” Kemudian Sufyan mengambil segenggam tanah dan berkata, ”Sungguh, menurutku dosaku lebih ringan dari tanah ini, hanya saja aku takut jika tiba-tiba imanku berbalik sebelum datang kematianku.”

Perhatikan pula saudaraku bagaimana rasa harap yang dicontohkan oleh ulama kita terdahulu (para salaf). Rasa harap ini banyak mereka perkuat ketika mendekati ajal yaitu di saat mereka merasa takut akan su’ul khotimah (akhir kehidupan yang jelek). Lihatlah Yahya bin Mu’adz berkata, ”Sungguh aku harap keselamatan dari yang memberiku pakaian ketika hidup di dunia agar tidak menyiksaku setelah matiku. Sungguh aku mengetahui bahwa kemurahan adalah bentuk kasih sayang-Nya.” (Lihat Al Khouf dan Ar Roja’, Abdullah bin Sulaiman Al ’Atiq, Penerbit At Tibyan).

Mengendalikan Rasa Harap dan Cemas

Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin –semoga Allah merahmati beliau- berkata,”Ulama berselisih pendapat manakah yang harus seseorang dahulukan, rasa harap (roja’) ataukah rasa takut/cemas (khouf)?”

Beliau melanjutkan, “Menurutku dalam masalah ini berbeda-beda tergantung kondisi masing-masing. Apabila seseorang lebih mendominasikan rasa takut sehingga menyebabkan putus asa dari rahmat Allah, maka hendaknya ia segera memulihkan dan menyeimbangkannya dengan rasa harap.

Namun apabila ia lebih mendominasikan rasa harap sehingga menjadikannya merasa aman dari makar Allah, maka hendaknya dipulihkan dan segera didominasi dengan rasa takut. Pada hakikatnya, setiap orang adalah dokter bagi dirinya sendiri, jika hatinya itu memang hidup. Adapun pemilik hati yang mati yang tidak dapat disembuhkan dan tidak pula dapat dilihat kondisinya, maka bagaimana pun cara yang ditempuh, tetap tidak akan sembuh.” (Diringkas dari Fatawal Aqidah wa Arkaanil Islam)

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat (Segala puji bagi Allah yang dengan segala nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna).

 

Khazanah Al-Qur'an

 

Mengenal Arti Kehidupan Menurut “Peta Al-Qur’an”

Jika diibaratkan seperti peta,
Al-Qur’an punya gambaran tersendiri tentang kehidupan. Disatu sisi ada sebuah ruang ujian yang sangat besar sekali. Setiap harinya masuk ribuan pendatang baru dan keluar darinya ribuan alumni yang telah berhasil ataupun yang gagal.

Ruang ujian itu bernama bumi yang penuh dengan ujian.
Allah swt berfirman,

إِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى ٱلۡأَرۡضِ زِينَةٗ لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّهُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗا

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.”
(QS. Al-Kahfi (18) : 7)

Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan waktu ujiannya berakhir.

Kertas jawaban ditangan mereka akan diambil secara mendadak, tanpa pemberitahuan ataupun kesempatan tambahan untuk memperbaiki jawaban.

حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلۡمَوۡتُ قَالَ رَبِّ ٱرۡجِعُونِ – لَعَلِّيٓ أَعۡمَلُ صَٰلِحٗا فِيمَا تَرَكۡتُۚ كَلَّآ

Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.”
“Sekali-kali tidak!"
(QS. Al-Mu’minun (23) : 99)

Dalam ayat lain Allah swt berfirman,

إِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ فَلَا يَسۡتَـٔۡخِرُونَ سَاعَةٗ وَلَا يَسۡتَقۡدِمُونَ

“Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.”
(QS. Yunus (10) : 49)

Sewaktu-waktu kertas ujian akan diambil.
Lalu kita akan digiring menuju ruang tunggu.

Ruang itu bernama alam kubur.

Setiap manusia akan merasakan ruang tunggu itu dengan sensasi yang berbeda-beda.
Ada yang merasa seperti ditaman surga, ada pula yang merasa seperti berada di lubang dari lubang-lubang api neraka.
Tergantung dengan apa yang mereka perbuat diruang ujian sebelumnya.

وَمِن وَرَآئِهِم بَرۡزَخٌ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ

“Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.”
(QS. Al-Mu’minun (23) : 100)

Kemudian dari ruang tunggu itu kita akan digiring menuju Mahkamah.

Disitulah semua raport dari ujian kita di dunia akan dibagikan. Semua jawaban, perbuatan, perkataan dan gerak-gerik kita selama berada diruang ujian tercatat rapi tanpa ada yang terlewatkan.

Hari itu manusia terbagi menjadi dua kelompok.
Sebagian menerima rapot dengan tangan kanannya,

فَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَيَقُولُ هَآؤُمُ ٱقۡرَءُواْ كِتَٰبِيَهۡ

Adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata, “Ambillah, bacalah kitabku (ini).”
(QS. Al-Haqqah (69) : 19)

Dan sebagian yang lainnya menerima dengan tangan kirinya,

وَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِشِمَالِهِۦ فَيَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي لَمۡ أُوتَ كِتَٰبِيَهۡ

Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, “Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku.”
(QS. Al-Haqqah (69) : 25)

Setelah semua rapot telah diserahkan,
disinilah saatnya kita diperintahkan untuk melihat hasil ujian kita sendiri.

ٱقۡرَأۡ كِتَٰبَكَ كَفَىٰ بِنَفۡسِكَ ٱلۡيَوۡمَ عَلَيۡكَ حَسِيبٗا

“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu.”
(QS. Al-Isra’ (17) : 14)

Setelah menerima hasil, wajah manusia akan terbagi menjadi dua.

يَوۡمَ تَبۡيَضُّ وُجُوهٞ وَتَسۡوَدُّ وُجُوه

“Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram.”
(QS. Ali ‘Imran (3) : 106)

Setelah semua hasil ujian telah diumumkan,
maka setiap orang akan menjalani nasibnya sesuai dengan apa yang telah ia perbuat selama diruang ujian. Disaat ini manusia akan terbagi dua golongan,

فَرِيقٞ فِي ٱلۡجَنَّةِ وَفَرِيقٞ فِي ٱلسَّعِيرِ

“Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.”
(QS. Asy-Syura (42) : 7)

Ini semua yang akan kita lewati. Beginilah peta singkat kehidupan manusia dalam Al-Qur’an.
Bahkan dalam ayat lain semua perjalanan ini disingkat dalam satu ayat,

مِنۡهَا خَلَقۡنَٰكُمۡ وَفِيهَا نُعِيدُكُمۡ وَمِنۡهَا نُخۡرِجُكُمۡ تَارَةً أُخۡرَىٰ

“Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain.”
(QS. Tha-Ha (20) : 55)

Semoga Bermanfaat 

 

MUJIZAT AL QUR'AN TENTANG 2 LAUT (QS : Ar-Rahman (55):19-20)

 

Mengkaji soal laut memang tidak akan ada habisnya.

Terlalu banyak hal yang membuat saya penasaran tentang rahasia-rahasia lautan, terutama fakta-fakta yang Alquran sebutkan terkait laut. Ribuan penelitian yang dilakukan dan dibuktikan secara empiris ternyata satu persatu Alquran sudah jauh menjelaskan hal tersebut ribuan tahun lalu.

Kenapa Alquran lebih awal menyebutkan fakta-fakta tersebut sedangkan manusia baru mendapatkan buktinya saat ini, disinilah kebenaran Alquran melalui Ilmu pengetahuan. Mungkin masih banyak rahasia-rahasia laut yang belum di ungkap oleh manusia tapi Alquran sudah menyebutkannya.

Beberapa tulisan sebelumnya saya sudah membahas tentang fenomena Alquran dan Lautan, bisa dilihat di sini Alquran dan Lautan dan di sini Keseimbangan Alama Kali ini saya tertarik dengan batas-batas dalam lautan. Fonemana yang terjadi di laut ini memang luar biasa, ada batas dua lautan yang bertemu tapi tak bisa menyatu.

Secara kasat mata, orang akan dibuat terpukau dengan kejadian ini, secara ilmiah juga bisa dijelaskan dan luar biasanya batas dua lautan dalam lautan ini juga sudah di jelaskan Alquran. Batas lautan disini bukan batasan teritorial atau batasan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) yang ditetapkan dunia Internasional, tapi batas lautan disini adalah adanya pemisahan antara satu laut dengan laut lain dan pemisahan bisa secara vertical maupun horizontal.

Ilmu pengetahuan moderen telah mengungkapkan bahwa pada tempat-tempat di mana dua lautan yang berlainan bertemu ada batas di antara keduanya. Batas ini membagi kedua lautan sehingga setiap laut memiliki karakter fisik dan kimia tertentu seperti suhu, kadar garam dan kepekatan tersendiri. Sebagai contoh, laut Mediterania memiliki air yang hangat, berkadar garam tinggi dan lebih pekat dibandingkan dengan lautan Atlantik. Ketika laut Mediterania memasuki Atlantik melalui selat Jibraltar, airnya bergerak beberapa ratus kilometer ke wilayah Atlantik pada kedalaman 1000 meter dengan tetap mempertahankan sifatnya yang hangat, berkadar garam tinggi dan lebih pekat. Pada kedalaman ini, air laut Mediterania berada dalam keadaan stabil. Meskipun ada ombak besar, arus dan pasang surut yang kuat, seolah-olah ada batas yang menghalangi pencampuran air dari ke dua lautan ini (lihat gambar).

selat Jibraltar
selat Jibraltar

Air laut Mediterania ketika memasuki Atlantik melalui selat Jibraltar turun ke kedalaman dengan tetap membawa sifatnya yang lebih hangat, berkadar garam lebih tinggi dan lebih pekat karena ada batas yang membagi antara kedua lautan tersebut. Suhu dalam derajat Celsius. (Marine Geology, Kuenen, hal. 43, dengan sedikit perubahan.)

Al Qur’an menyebutkan bahwa ada batas antara dua lautan yang bertemu dan keduanya tidak melampaui batasan ini. Allah berfirman:

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.(QS : Ar-Rahman (55):19-20)

Kasus seperti ini tidak hanya terjadi di satu tempat seperti di laut mediterania dan atlantik saja tapi juga banyak tempat dan bisa saja akan ditemukan tempat tempat lain dengan fenomena yang lebih banyak lagi.  Misalnya pada daerah ujung afrikas selatan, pada daerah Agulhas kita dapat menyaksikan bagaimana dua macam air laut yang bebeda warna dan suhu. Air laut tersebut berasala dari dua lautan yaitu Laut Hindia dan Lautan Atlantik Selatan. Kedua air laut tersebut bertemu dan tidak bercampur sehingga meninggalkan pemandangan berupa batas dua air laut yang berbeda. Air laut dari lautan Atlantik berwarna biru muda daripada air dari lautan hindia berwarna biru tua. Air Lautan Atlantik Selatan yang terbawa arus dari arah paparan benua antartika ini memiliki suhu yang lebih dingin serta lebih tawar daripada air laut dari Lautan Hindia yang mengalir dari arah katulistiwa airnya pun tidak terlalu segar hal ini karena melewati banyak muara sungai dan pesisir. Alquran kembali menyebutkan bahwa bertemunya dua laut tawar lagi segar dan asin lagi pahit. Allah berfirman :

Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.(Q.S Al Furqan (25):53)

Laut yang mempunyai perbedaan salinitas akan tidak menyatu antara keduanya “dinding batas”. Pada beberapa tempat, kadar keasinan air akan mencapai  minimal hingga air terasa segar untuk diminum, hal ini karena adanya sungai bawah tanah yang biasa mengalir dibawah pegunungan karst dan kapur yang bermuara membentuk semacam sumur artesis di dalam dasar laut. Penemuan di atas merupakn batas lautan secara horizontal dan veritikal yang terjadi di beberapa wilayah laut di muka bumi ini. Batas dua laut yang bertemu namun tidak saling bercampur ini begitu nyata dan luarbiasa. Allah Swt dalam Alquran sudah lebih dahulu menjelaskan tentang kondisi ini 1400-an tahun lalu dan saat ini kita bisa mengambil pelajaran dan bukti-bukti nyata terebut dan karena adanya batas ini telah terbukti membawa keuntungan dan karunia pada ummat manusia. Metodologi ataupun teknik eksplorasi hasil perikanan laut juga memanfaatkan kondisi ini dalam meng eksploitasi hasil-hasil laut (Untuk ini kita akan bahas di tulisan berikutnya). Kembali Allah menjelaskan terkait hal ini dalam Alquran. Allah berfirman :

Dan tiada sama (antara) dua laut, yang ini tawar, segar dan sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengelurkan perhiasan yang kamu dapat memakainya dan pada masing-masingnya kamu lihat kapa-kapal memeblah laut, supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.(Q.S. Fathir 35:2)

Maha benar Allah atas segala firmannya.

Semoga kita bisa mengabil hikmah dari segala kejadian dan tanda-tanda alam di muka bumi ini. 

 

Tafsir Qur'an Surat Ath Thoriq ( QS 86 : 1 - 3)


oleh :

Dr. IRFAN ANSHORY
 
 


SURAT ATH-THAARIQ, yang dalam mushaf Al-Qur’an merupakan Surat ke-86 dan terdiri dari 17 ayat, diwahyukan di Makkah pada tahun kedelapan masa kenabian, yaitu sekitar tahun 618 Masehi, sesudah Surat Qaaf dan Surat al-Balad. Pada saat itu kaum musyrikin sedang frustrasi melihat perkembangan Islam yang makin pesat. Berbagai teror dan intimidasi tidaklah menggoyahkan iman kaum Muslimin yang dari hari ke hari makin banyak jumlahnya. Maka orang-orang Quraisy di Makkah merancang rekayasa jahat terhadap Nabi Muhammad s.a.w. beserta para shahabat beliau berupa pengucilan dan pemboikotan dari segala aktivitas. Para pembesar Quraisy melarang penduduk Makkah untuk melakukan transaksi apapun dengan kaum Muslimin, termasuk kegiatan jual beli dan pernikahan. Dalam situasi demikian inilah Surat ath-Thaariq diwahyukan oleh Allah SWT.

Salah satu perbedaan antara Surat-surat Makkiyah (yang diwahyukan di Makkah) dan Surat-surat Madaniyah (yang diwahyukan di Madinah) adalah bahwa pada Surat-surat Makkiyah Allah sering bersumpah dengan berbagai fenomena alam ciptaan-Nya, agar manusia benar-benar memperhatikan atau menalari secara serius hal-hal yang disumpahkan Allah itu. Kalimat sumpah itu diawali oleh kata wa (“demi”) yang terdapat pada 17 Surat (37, 51, 52, 53, 68, 74, 77, 79, 85, 86, 89, 91, 92, 93, 95, 100, 103), dan kata laa uqsimu (“tidak, Aku bersumpah”) yang terdapat pada tujuh Surat (56, 69, 70, 75, 81, 84, 90). Selain dengan fenomena alam, Allah juga bersumpah dengan Kitab Al-Qur’an pada lima Surat (36, 38, 43, 44, 50).


Wa s-samaa’i wa th-thaariq (ayat 1). Terjemahan harfiahnya: “Demi langit, demi ath-thaariq.” Allah SWT bersumpah dengan langit (as-samaa’) serta dengan suatu benda langit yang disebut ath-thaariq. Istilah ini berasal dari kata kerja tharaqa yang artinya “mengetuk”, satu akar kata dengan thariiq (“jalan; tempat kaki mengetuk”) dan mithraq (“palu; alat pengetuk”). Dalam bahasa Arab sehari-hari, istilah thaariq digunakan untuk menyebut tamu yang jarang muncul dan tiba-tiba datang di malam hari, atau seperti kata Prof. Dr. Hamka dalam Tafsir Al-Azhar Juz 30, “orang yang mengetuk pintu tengah malam agak keras, supaya yang empunya rumah lekas bangun, karena dia membawa berita penting”, atau seperti penjelasan Prof. Dr. Muhammad Asad dari Austria dalam buku tafsirnya The Message of the Qur’an (“Pesan Al-Qur’an”), “a person who comes to a house by night to knock at the door”.

Dengan demikian jelaslah bahwa ath-thaariq dalam ayat ini adalah benda langit yang langka kehadirannya. Tidak setiap malam kita dapat menyaksikannya di langit, sebab dia datang sewaktu-waktu atau secara periodik. Benda langit yang seperti itu tiada lain adalah komet, yang oleh nenek moyang kita disebut “bintang berekor”.

Mohammed Marmaduke Pickthall, ulama Muslim berkebangsaan Inggris, dalam terjemahan Al-Qur’an The Meaning of the Glorious Koran, ketika membahas Surat at-Thaariq mengatakan: Some have thought that it refers to a comet which alarmed the East about the time of the Prophet’s call. Others believe that this and other introductory verses, hard to elucidate, hide scientific facts unimagined at the period of revelation (“Beberapa penafsir berpendapat bahwa at-thaariq merujuk kepada sebuah komet yang menggemparkan Dunia Timur semasa dakwah Nabi. Para penafsir lain meyakini bahwa ayat ini dan beberapa ayat pembuka dalam Surat lainnya, yang sukar untuk dijelaskan, menyembunyikan fakta-fakta ilmiah yang tidak terbayangkan pada periode turunnya wahyu”). 


Wa maa adraaka maa th-thaariq? (ayat 2). Terjemahan harfiahnya: “Dan apakah yang membuatmu tahu tentang ath-thaariq?”. Sering juga diterjemahkan secara bebas: “Tahukah kamu apakah ath-thaariq itu?” Allah menggunakan kalimat wa maa adraaka (“tahukah kamu”) hanya dalam 10 Surat (69, 74, 77, 82, 83, 86, 90, 97, 101, 104) untuk mempertegas istilah-istilah yang unik. Biasanya wa maa adraaka digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan hari kiamat (yaumud-diin, yaumul-fashl, haqqah, qaari`ah) atau azab neraka (saqar, sijjiin, haawiyah, huthamah) atau sesuatu yang misteri seperti lailatul-qadr. Satu-satunya benda langit yang dijelaskan dengan wa maa adraaka hanyalah thaariq. Hal ini memperkuat penalaran kita bahwa thaariqadalah benda langit yang “tidak biasa” atau “jarang datang”, yaitu komet yang muncul sekali dalam puluhan atau ratusan tahun. Benda-benda langit yang lain, seperti matahari (syams), bulan (qamar), bintang (najm), gugus bintang (buruuj) dan planet (kaukab), tidak pernah diterangkan dengan wa maa adraaka sebab istilah-istilah itu memang sudah jelas maknanya dan bendanya dapat kita saksikan setiap waktu.

Identifikasi benda langit thaariq dengan "komet" ditunjang oleh data astronomi. Ketika Surat ath-Thaariq diwahyukan Allah pada tahun kedelapan kenabian atau tahun 618 Masehi, pada tahun itu muncul komet besar yang termasyhur dalam sejarah, yaitu apa yang sekarang kita namakan Komet Halley. Periode kedatangan komet ini pertama kali diteliti oleh ahli astronomi Inggris, Edmond Halley (1656–1742). Komet Halley datang rata-rata 76 tahun sekali, dan tahun kedatangannya ternyata dicatat oleh berbagai bangsa sepanjang zaman. Data astronomi telah merekam kehadirannya mulai tahun 390 sampai 1986 Masehi. Inilah tahun-tahun kedatangan Komet Halley: 390, 467, 542, 618 (zaman Nabi), 695, 772, 847, 923, 998, 1074, 1151, 1226, 1302, 1379, 1456, 1531, 1607, 1682 (zaman Halley), 1758, 1835, 1910, 1986 (mungkin Anda menyaksikannya), dan Insya Allah kelak akan muncul kembali tahun 2061 atau 2062.


An-najmu ts-tsaaqib (ayat 3). Terjemahan harfiahnya: “Benda langit yang melubangi.” Benda-benda langit selain matahari dan bulan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah umum najm (jamak atau pluralnya nujuum), berasal dari kata kerja najama yang artinya “muncul kecil-kecil secara berserakan”. Itulah sebabnya istilah najmdapat juga berarti “rerumputan” yang berserakan di permukaan bumi, seperti pada Surat ar-Rahmaan ayat 6: wa n-najmu wa sy-syajaru yasjudaan (“Rerumputan dan pepohonan kedua-duanya bersujud kepada Allah”). Dalam kebanyakan ayat-ayat Al-Qur’an, kata najm tepat diterjemahkan “bintang”, tetapi dalam Surat ath-Thaariq ini kita terjemahkan dengan istilah umum “benda langit”. 

Adapun kata tsaaqib berasal dari kata kerja tsaqaba yang artinya “melubangi”, satu akar kata dengan tsuqbah (“lubang”), mitsqab (“bor, alat melubangi”) dan tsaaqibaat (“hewan pelubang” atau ordo Rodentia dalam biologi). Jadi tsaaqib berarti “sesuatu yang melubangi”. 

Informasi Allah dalam ayat 3 ini makin memperkuat penafsiran kita bahwa ath-thaariq memang ternyata komet. Sebagaimana dipelajari dalam ilmu astronomi, komet adalah benda langit yang diameternya puluhan kilometer, tersusun dari campuran es (air padat) yang meliputi lima perenam bagian dan sisanya kotoran debu. Itulah sebabnya komet-komet dijuluki dirty snowballs. Mereka mengelilingi matahari seperti planet-planet tetapi orbitnya berbentuk ellips yang sangat jauh, sehingga komet-komet ini muncul sekali dalam puluhan atau ratusan tahun. Ketika sebuah komet mendekati matahari, panas matahari mencairkan dan menguapkan material es, membentuk “ekor” atau “rambut” berukuran ribuan kilometer yang tampak dari bumi. Itulah sebabnya benda langit ini dinamai komet, berasal dari kata Yunani, koma, yang berarti “rambut”. (Tanda baca ‘koma’ adalah ‘titik yang diberi rambut’). Kini diketahui bahwa pada tapal batas tatasurya di seberang planet Pluto terdapat “sarang komet” yang disebut Oort Cloud, dari nama astronom Belanda Jan Hendrik Oort (1900–1992), dan diperkirakan mengandung ribuan komet.

Pada proses pembentukan tatasurya (solar system), komet-komet membombardir atau melubangi permukaan planet-planet bertanah (terrestrial planets) yang dekat dengan matahari, termasuk bumi, menyumbangkan air yang merupakan syarat mutlak adanya kehidupan. Di antara planet-planet penerima air itu, hanya planet bumi yang mampu menjaga air dalam wujud cairan. Venus terlalu panas sehingga air menguap, sedangkan Mars terlalu dingin sehingga air membeku. Tanpa proses pelubangan dari komet-komet, bumi kita tidak mempunyai air! Sungguh Maha Benar Allah yang berulangkali menegaskan dalam Al-Qur’an nazzalnaa mina s-samaa’i maa’ (“Kami telah menurunkan air dari langit”), sebab air di bumi ini memang berasal dari langit, yaitu sumbangan dari komet (thaariq) yang merupakan “benda langit yang melubangi” (an-najmu ts-tsaaqib). 

Penelitian terhadap spektrum-spektrum yang dipancarkan oleh Komet Halley (1986), Komet Shoemaker-Levy (1994), Komet Hyakutake (1996), Komet Hale-Bopp (1997) Komet Wild-2 (2000) dan Komet Borrelly (2001) menunjukkan bahwa perbandingan isotop hidrogen dan deuterium pada H2O air laut ternyata sama persis dengan pada H2O komet-komet tersebut. Fakta ini merupakan bukti kimiawi bahwa air di bumi memang berasal dari komet! Jadi komet-komet dikirimkan Allah SWT untuk membawa materi paling berharga sebagai syarat kehidupan kepada planet bumi, yaitu air. Adanya air menyebabkan bumi merupakan satu-satunya komponen tatasurya yang layak untuk tempat berkembangnya makhluk hidup. Tanpa adanya air, kehidupan di muka bumi mustahil terjadi.

Dr.Molly Bloomfield, dalam bukunya Chemistry and the Living Organism (John Wiley & Sons, New York, 1996, hal. 270), menerangkan: Over 100,000 comets had collided with the Earth during its first billion years, brought water to the Earth’s surface. (“Lebih dari 100.000 komet telah berbenturan dengan Bumi selama semiliar tahun pertamanya, membawa air ke permukaan Bumi”).

Dr. Isaac Asimov, dalam bukunya Frontiers: New Discoveries about Man and His Planet, Outer Space and the Universe (Mandarin Paperbacks, London, 1991, hal.219), mengatakan: In the early times of the solar system, there were a large number of collisions between comets and the planetary bodies. The Earth was hot and dry to begin with, and cometary collisions have supplied us with much of our ocean and atmosphere. All this we can now reason out as a result of the close study of Halley’s comet in 1986. (“Pada masa-masa dini tatasurya, terdapat sejumlah besar perbenturan antara komet-komet dan planet-planet. Bumi panas dan kering pada mulanya, dan perbenturan-perbenturan dengan komet telah menyuplai kita dengan sebagian besar samudera dan atmosfer. Semua ini baru sekarang dapat kita kemukakan sebagai hasil dari studi jarak dekat terhadap komet Halley pada tahun 1986”).

Dr. Timothy Ferris, dalam bukunya The Whole Shebang: A State-of-the-Universe Report (Simon and Schuster, New York, 1997, hal.176 dan 179), menegaskan: We owe our existence to Earth’s bombardment by the icy comets abounded in the infant solar system. Primordial comets have formed the oceans and rained down the amino acids from which life originated here. Evidence for cometary cornucopias of life-brewing water and amino acids may be found in the spectra of modern comets .... Had comets not ferried ice to Earth, we might have had no oceans. And without organic molecules contributed by the comets, Earth might have remained devoid of life. (“Kita berhutang eksistensi kita kepada pembombardiran Bumi oleh komet-komet es yang berlimpah ketika tatasurya masih dalam usia muda. Komet-komet purba telah membentuk samudera-samudera dan mencurahkan asam-asam amino yang mengawali kehidupan di sini. Bukti bahwa air dan asam-asam amino pembuat kehidupan bersumber pada komet dapat ditemukan pada berbagai spektrum komet-komet modern .… Seandainya komet-komet tidak mengangkut es ke Bumi, mungkin kita tidak mempunyai samudera. Dan tanpa molekul-molekul organik yang disumbangkan komet-komet, Bumi mungkin tetap kosong dari kehidupan”).


In kullu nafsin lammaa `alaihaa haafizh (ayat 4). Terjemahan harfiahnya: “Tiada setiap jiwa tanpa ada atasnya pemelihara”. Setiap makhluk hidup (kullu nafsin) tanpa kecuali memperoleh pemeliharaan dari Allah SWT, dengan tersedianya air di bumi yang membentuk kehidupan serta membuat bumi ini nyaman sentosa bagi berlangsungnya kehidupan. Allah menegaskan bahwa setiap makhluk hidup tercipta dari air, sebagaimana tercantum dalam Surat al-Anbiyaa’ ayat 30: wa ja`alnaa mina l-maa’i kulla syai’in hayy (“Dan Kami menjadikan dari air segala sesuatu yang hidup”), serta Surat an-Nahl ayat 65: wa l-Laahu anzala mina s-samaa’i maa’an fa ahyaa bihi l-ardha ba`da mautihaa (“Dan Allah menurunkan dari langit air, maka hiduplah dengan air itu bumi sesudah matinya”). 

Banyak makhluk hidup yang tidak memerlukan oksigen atau udara, tetapi tidak ada kehidupan yang bisa survive tanpa air. Sekitar 70% berat tubuh kita tersusun dari air, dan tanpa adanya air metabolisme pada tubuh makhluk hidup tidak mungkin berlangsung. Tidak ada benda lain yang lebih berharga dari air. Di samping untuk metabolisme tubuh, kita memerlukan air untuk mandi, bersuci, memasak, mencuci, menyirami tanaman, dan mengairi lahan pertanian. Air juga berfungsi sebagai sarana olah raga dan rekreasi, serta merupakan salah satu sumber energi baik energi uap maupun energi listrik.

Struktur molekul air yang unik, dengan atom pusat oksigen yang mengikat dua atom hidrogen, menyebabkan keistimewaan sifat-sifat fisika dan kimia yang tidak dimiliki oleh materi yang lain. Perbedaan keelektronegatifan (kemampuan menarik elektron) yang sangat besar antara hidrogen dan oksigen menyebabkan ikatan O—H pada molekul air sangat polar, sehingga air merupakan pelarut yang sangat baik untuk berbagai jenis zat padat, cairan, dan gas. Hal ini menyebabkan air mampu membawa zat-zat makanan melalui jaringan dan organ makhluk hidup serta menjadi zat pembersih yang ampuh. Air mempunyai viskositas yang sangat rendah, sehingga air mudah mengalir, cepat meluncur turun, dan mudah dipompa ke atas. Dengan demikian air sangat mudah diambil dan segera dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. 

Air mempunyai kalor penguapan yang sangat tinggi. Hal ini sangat penting bagi tubuh kita, sebab sejumlah besar dari panas tubuh dapat dihilangkan dengan penguapan hanya sejumlah kecil air melalui kulit. Dengan demikian suhu tubuh kita selalu terjaga secara optimal. Penyerapan energi ketika air diuapkan oleh sinar matahari serta pembebasan energi itu ketika uap air berkondensasi menjadi hujan yang kembali ke bumi sangat berperan dalam mendistribusikan energi dari matahari ke seluruh permukaan bumi. Air juga mempunyai kapasitas kalor (kemampuan menyimpan panas) yang sangat tinggi, sehingga air memanas dan mendingin lebih lambat daripada kebanyakan zat lain. Hal ini akan melindungi makhluk hidup dari malapetaka apabila suhu mendadak berubah. Jumlah air yang berlimpah di permukaan bumi bertindak sebagai termostat raksasa yang mengatur suhu bumi sehari-hari. 

Ikatan hidrogen yang ada di antara molekul-molekul air menyebabkan air berekspansi atau membesar volumenya ketika membeku (padahal zat-zat lain ketika membeku justru menyusut), sehingga es memiliki kerapatan yang lebih kecil dari air. Akibatnya es mengambang di atas permukaan air. Hal ini menyebabkan ikan dan hewan air lainnya dapat bertahan hidup pada musim salju. Sungguh beraneka ragam pemeliharaan yang dianugerahkan Allah SWT terhadap makhluk hidup melalui kegunaan dan sifat-sifat air.


Falyanzhuri l-insaanu mimma khuliq. Khuliqa min maa’in daafiq. Yakhruju min baini sh-shulbi wa t-taraa’ib (ayat 5–7). Terjemahan harfiahnya: “Maka hendaklah manusia menalari dari apa dia tercipta. Tercipta dari air yang memancar. Keluar dari antara shulb dan taraa’ib”. Para penafsir umumnya berpendapat “air yang memancar” itu adalah sperma laki-laki. Seandainya yang dimaksudkan sperma, tentu Allah SWT menggunakan kata madfuuq(bentuk pasif yang berarti “terpancar”), sebab sperma tidak dapat memancar dengan sendirinya. Kenyataannya Allah memakai kata daafiq (bentuk aktif “memancar”) yang biasanya digunakan untuk air yang keluar dari sumbernya dalam tanah. Sudah tentu ayat 5—7 ini merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari ayat-ayat sebelumnya. Oleh karena komet (thaariq) bertindak sebagai benda langit yang melubangi permukaan bumi (an-najmu ts-tsaaqib), air yang dibawanya terperangkap dalam lapisan kulit bumi, lalu air itu memancar kembali ke permukaan untuk menjadi sarana reaksi-reaksi kimia pembentuk kehidupan, yang harus melibatkan air baik sebagai bahan baku (reaksi-reaksi hidrolisis) maupun sebagai pelarut.

Kulit bumi tempat air memancar itu tersusun dari bebatuan yang keras (shulb) dan tanah atau debu yang lembut (taraa’ib). Kata shulb berarti “sesuatu yang keras”, berasal dari kata kerja shaluba (“mengeras”), dan satu akar kata dengan shaliib (“kayu yang keras”) dan tashallub (“kekerasan benda” atau hardness). Kata taraa’ib berarti “sesuatu yang berdebu”, dari kata kerja tariba (“menjadi debu”), dan satu akar kata dengan turab (“debu tanah”) dan matrabah (“tunawisma yang tidur di tanah”). Dalam masyarakat Arab dahulu, anak-anak sebaya sering bermain debu padang pasir, sehingga “teman sebaya” disebut tirb(jamak atau pluralnya atraab). 

Tafsir para ulama abad pertengahan bahwa ayat-ayat ini menerangkan “sperma yang keluar dari antara tulang punggung dan tulang dada” sudah saatnya kita tinggalkan, sebab sperma tidak dikeluarkan dari sana! Allah SWT menakdirkan bahwa benih dari laki-laki itu diproduksi pada dua butir testis yang terdapat dalam skrotum(“kantong” di sela-sela paha). Sel-sel sperma berukuran 5 mikrometer (0,005 milimeter), terdiri dari kepala dan ekor, diproduksi dalam jumlah sekitar 10 juta butir setiap hari setelah seorang laki-laki memasuki masa pubertas. Sel-sel sperma ini dikeluarkan dari testismelalui epididimis, masuk ke saluran vas deferens untuk dibawa menuju kelenjar prostat. Kelenjar prostat memproduksi cairan kental semen yang memberi sel-sel sperma energi agar tetap lincah bergerak. Dari kelenjar prostat sel-sel sperma, melalui saluran uretra pada penis, dipancarkan keluar tubuh pada saat ejakulasi. 

Sejak pembentukannya sampai pengeluarannya, sperma tidak berhubungan dengan tulang punggung dan tulang dada. Jelas sekali bahwa ayat 5—7 Surat at-Thaariq bukanlah bercerita tentang sperma, tulang punggung dan tulang dada seperti penafsiran ulama-ulama zaman pra-modern, melainkan bercerita tentang air yang memancar dari antara bebatuan keras (shulb) dan tanah lembut (taraa’ib) pada kulit bumi. Penafsiran ayat-ayat ini tidak boleh kita lepaskan dari konteks ayat-ayat sebelumnya.


Innahuu `alaa raj`ihii la qaadir. Yauma tublaa s-saraa’ir. Fa maa lahuu min quwwatin wa laa naashir (ayat 8–10). Terjemahan harfiahnya: “Sesungguhnya atas pengembaliannya Dia benar-benar kuasa. Pada Hari diverifikasi segala rahasia. Maka tiada baginya kekuatan dan tiada pembela”. Ketika Rasulullah s.a.w. mendakwahkan bahwa manusia akan dihidupkan kembali pada Hari Akhirat untuk dimintai pertanggungjawaban dan menerima ganjaran, orang-orang musyrik di Makkah menertawakan dan mengejek beliau. Dalam Surat Qaaf yang diwahyukan sebelum Surat at-Thaariq, Allah SWT merekam ejekan tersebut: A idzaa mitnaa wa kunnaa turaaban? Dzaalika raj`un ba`iid (“Apakah ketika kami telah mati dan kami telah jadi debu? Itu adalah pengembalian yang jauh”). Maka Allah menegaskan bahwa Dia benar-benar kuasa untuk mengembalikan manusia hidup di Hari Akhirat nanti, lalu manusia yang tiada kekuatan dan tiada pembela itu akan menghadapi Pengadilan Agung, di mana segala rahasia kejahatan manusia (yang mungkin tidak sempat terbongkar di dunia fana) akan mengalami verifikasi dan balasan yang setimpal. 

Jika ayat 8—10 ini kita hubungkan dengan ayat-ayat sebelumnya, maka hanya orang-orang tidak berilmu yang meragukan kekuasaan Allah untuk menghidupkan kembali manusia. Orang-orang berilmu akan menjadi saksi bahwa bumi ini asalnya memang tidak mempunyai kehidupan, lalu Allah mengirimkan air melalui komet-komet ke Bumi untuk memungkinkan terciptanya makhluk-makhluk hidup termasuk manusia. Bagi Allah yang memiliki sifat yubdi’u wa yu`iid (Maha Memulai dan Maha Mengembalikan) seperti tercantum dalam Surat al-Buruuj ayat 13, mengembalikan manusia kepada kehidupan di Akhirat nanti sama mudahnya dengan mengembalikan komet-komet mengunjungi Bumi. Maha Benar Allah dalam firman-Nya pada Surat Aali `Imraan ayat 18: syahida l-Laahu annahuu laa ilaaha illaa huwa wa l-malaa’ikatu wa ulu l-`ilmi (“Bersaksi Allah bahwa tiada Tuhan melainkan Dia, serta juga bersaksi para malaikat dan orang-orang yang mempunyai ilmu”).


Wa s-samaa’i dzaati r-raj`i (ayat 11). Terjemahan harfiahnya: “Demi langit yang mempunyai sesuatu yang kembali”. Berdasarkan konteks ayat-ayat awal dari Surat ath-Thaariq ini, ada dua kemungkinan tafsiran mengenai ar-raj`i (“sesuatu yang kembali”). Mungkin dia adalah komet (thaariq), yang memang selalu kembali mengunjungi bumi dalam periode tertentu. Mungkin pula dia adalah air (maa’), yang selalu “pergi dan kembali” dalam siklus hidrologi.

Air menutupi 70% permukaan bumi, dan 97% dari seluruh air di bumi berada pada samudera. Setiap hari sekitar sepertiga dari jumlah energi sinar matahari yang sampai ke bumi dipergunakan untuk menguapkan kira-kira 1000 km kubik (satu triliun meter kubik) air samudera, sungai, danau dan telaga. Uap air lalu menyebar di lapisan atmosfer untuk mengatur kelembaban dan suhu. Kemudian uap air itu mengalami kondensasi dan turun ke permukaan bumi berupa hujan atau salju. Akhirnya air yang terkumpul di darat mengalir dalam bentuk sungai-sungai untuk kembali menuju samudera.


Wa l-ardhi dzaati sh-shad`i (ayat 12). Terjemahan harfiahnya: “Demi bumi yang mempunyai belahan”. Di lingkungan tatasurya kita, Bumi merupakan planet bertanah (terrestrial planet) yang paling besar. Empat planet yang lebih besar dari bumi (Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus), dan juga matahari, tersusun dari gas-gas hidrogen dan helium. Sebagai “dunia non-gas” yang terbesar, Bumi memiliki suhu internal paling tinggi dibandingkan dengan planet-planet lain, sehingga Bumi mempunyai kulit yang paling tipis dengan kedalaman cuma sekitar 50 km. Suhu internal yang tinggi menyebabkan kulit tipis itu terbelah menjadi enam atau tujuh belahan besar (dan beberapa belahan lebih kecil) yang disebut lempeng(plate). Lempeng-lempeng ini menyetel secara pas seakan-akan dilekatkan oleh seorang tukang kayu yang piawai. Itulah sebabnya mereka dinamai lempeng-lempeng tektonik (bahasa Yunani, tektones, berarti “tukang kayu”). 

Lapisan di bawah kulit bumi memiliki suhu cukup panas sehingga mampu bergerak, dan gerakan ini mendorong lempeng-lempeng kesana kemari. Akibatnya terjadilah pembentukan benua dan pulau-pulau serta pembentukan palung (basin) yang merupakan wadah bagi samudera. Meskipun pergeseran lempeng-lempeng tektonik yang dinamis ini sering menimbulkan gempa bumi, bahkan mungkin gelombang tsunami, janganlah kita melupakan kenyataan bahwa lempeng-lempeng itu merupakan kurnia Allah yang patut kita syukuri! Seandainya bumi tidak mempunyai belahan berupa lempeng-lempeng tektonik, tentu ocean basin tidak terbentuk sehingga air akan menutupi seluruh permukaan bumi, dan makhluk yang hidup di darat termasuk manusia tidaklah terbayangkan adanya. Sungguh Maha Pengasih Allah yang telah menyediakan segala fasilitas untuk manusia, meskipun manusia terlalu sering tidak tahu diri (kanuud) kepada Khaliqnya.


Innahuu la qaulun fashl, wa maa huwa bi l-hazl (ayat 13–14). Terjemahan harfiahnya: “Sesungguhnya dia benar-benar kata keputusan, dan bukanlah dia sesuatu yang main-main”. Segala yang difirmankan oleh Allah, mulai dari komet (thaariq) yang mengirimkan air (maa’) sampai kepada belahan (shada`) yang dimiliki bumi untuk menampung air sebagai sumber kehidupan, serta kehidupan kita di dunia fana ini akan dikembalikan Allah kepada kehidupan akhirat yang abadi, semuanya itu merupakan “kata keputusan” (qaulun fashl) yang tegas-tandas dan sama sekali bukanlah sesuatu yang hazl, kalimat senda gurau atau main-main. Ejekan dan rongrongan dari kaum musyrikin kepada kaum Muslimin hanyalah ibarat gonggongan anjing kepada kafilah yang sedang berlalu.


Innahum yakiiduuna kaidaa, wa akiidu kaidaa. Fa mahhili l-kaafiriina amhilhum ruwaidaa (ayat 15–17). Terjemahan harfiahnya: “Sesungguhnya mereka merencanakan suatu rencana, dan Aku pun merencanakan suatu rencana. Maka beri tangguhlah orang-orang kafir itu, penangguhan mereka sebentar saja”. Inilah ‘gong akhir’ dari seluruh rangkaian firman Allah dalam Surat ath-Thaariq. Seperti telah kita bahas pada bagian awal, Surat ini diwahyukan ketika kaum Muslimin sedang mengalami pemboikotan oleh kaum musyrikin Quraisy. Allah menegaskan bahwa rencana jahat mereka akan sia-sia, karena Allah sendiri mempunyai Rencana Agung untuk menyempurnakan cahaya agama ini sampai akhir zaman. Penangguhan kekalahan kaum musyrikin itu ternyata memang cuma sebentar saja. 

Empat tahun sesudah Surat ath-Thaariq turun, Rasulullah s.a.w. beserta para shahabat hijrah ke Madinah (622 M), dan delapan tahun kemudian (630 M) kota Makkah ditaklukkan Rasulullah s.a.w. tanpa pertumpahan darah. Ketika Rasulullah s.a.w. wafat tahun 632, seluruh penduduk Semenanjung Arabia telah memeluk Islam. Hanya satu abad sesudah Rasulullah wafat, kekuasaan Islam membentang dari Spanyol sampai Xinjiang. 

Pusat khalifah Islam di Baghdad dihancurkan oleh bangsa Mongol tahun 1258, tetapi siapa menyangka bahwa laskar penakluk itu berduyun-duyun masuk Islam dan menyebarkan agama Allah di kawasan Kaukasus dan Laut Kaspia, lalu anak cucu mereka menegakkan kesultanan Mongol (Moghul) di India dari abad ke-16 sampai abad ke-19. Kekuasaan Islam selama delapan abad di Spanyol (711–1492) memang hilang, tetapi sebagai gantinya muncul kesultanan Turki Usmani yang tahun 1453 menaklukkan Konstantinopel, ibukota kekaisaran Romawi, lalu menguasai seluruh Semenanjung Balkan sampai awal abad ke-20. Bahkan ketika hegemoni politik kaum Muslimin mulai redup pada abad ke-17, Islam melalui jalur perdagangan tersebar luas di Asia Tenggara dan Afrika Timur. Sejarah telah membuktikan kebenaran Rencana Allah!


Dr.Lothrop Stoddard, seorang orientalis terkemuka dari Universitas Harvard, dalam bukunya, The Rising Tide of Color, London, 1926, hal.65, mengomentari perkembangan Islam sebagai berikut: The proselyting power of Islam is extraordinary, and its hold upon its votaries is even more remarkable. Throughout history there has been no single instance where a people, once become Muslim, has abandoned the faith. Extirpated they may have been, but extirpation is not apostacy. This extreme tenacity of Islam, this ability to keep its hold once it has got a footing, must be borne in mind when considering the future of regions where Islam is today advancing (“Kekuatan Islam dalam mengubah kepercayaan manusia sungguh luar biasa, dan daya ikatnya di kalangan pemeluk-pemeluknya bahkan lebih hebat lagi. Sepanjang sejarah tidak pernah ada satu contoh pun di mana suatu masyarakat, sekali menjadi Muslim, telah meninggalkan agama ini. Mereka mungkin pernah dimusnahkan, tetapi pemusnahan bukanlah kemurtadan. Keteguhan Islam yang berlebihan ini, kemampuan untuk menjaga daya ikatnya sekali ia memperoleh tempat berpijak, haruslah diperhatikan sungguh-sungguh ketika mewacanakan masa depan kawasan-kawasan di mana Islam sekarang berkembang.”)

Majalah Islamic Horizons edisi Juli-Agustus 1990, yang diterbitkan oleh Islamic Society of North America (ISNA) di Amerika Serikat, mengutip hasil penelitian dari Worldwide Church of God, badan misionari Nasrani yang berpusat di California, terhadap tiga Abrahamic religions (“agama-agama Ibrahim”) yang dipublikasikan oleh majalah mereka, The Plain Truth. Menurut hasil penelitian itu, dalam kurun waktu 50 tahun (1934-1984) pemeluk agama Yahudi hanya meningkat 4 persen, sementara pemeluk Nasrani meningkat 47 persen, sedangkan pemeluk Islam meningkat 235 persen!

Meskipun Islam merupakan agama universal yang paling muda usianya, kini Islam menempati peringkat kedua terbanyak jumlah pemeluknya sesudah Nasrani. Dari seluruh penduduk bumi yang pada tahun 2005 mencapai 6,300 miliar, umat Islam berjumlah 1,550 miliar (24 %), di bawah umat Nasrani (Katolik, Protestan, Ortodoks, Anglikan, Kibti, Maroni, Advent, Mormon, dll.) yang berjumlah 2,220 miliar (35 %). Di benua Asia dan benua Afrika, Islam menempati peringkat pertama, masing-masing 1,058 miliar (27 %) dan 422 juta (52 %). Angka-angka ini tercantum dalam buku TIME Almanac 2005 with Information Please (Houghton Mifflin, Massachusetts).

Di benua Eropa, Islam merupakan agama kedua terbesar meskipun pemeluknya hanya 50 juta. Sekitar 16 juta umat Islam berdiam di Rusia, 21 juta di Eropa Timur, sedangkan 13 juta lagi berdiam di Eropa Barat, terutama di Perancis, Jerman, dan Inggris. Majalah Newsweek, 29 Mei 1995, dengan artikel berjudul "Muslim Europe”, melaporkan bahwa Muslims outnumbered both Protestants and Jews in the predominantly Roman Catholic countries of Belgium, France, Italy and Spain. (“Jumlah umat Islam melampaui umat Protestan dan Yahudi pada negara-negara yang umat Katoliknya sangat dominan, yaitu Belgia, Perancis, Italia dan Spanyol”).

Di benua Amerika, umat Islam masih sedikit, sekitar delapan juta jiwa, sebab Islam di kawasan ini merupakan agama yang relatif baru. Menurut buku The World Almanac 2005, terdapat enam juta umat Islam di Amerika Serikat, 600 ribu di Kanada, 200 ribu di Meksiko, dan satu juta di kawasan Amerika Selatan: Brazil, Suriname, Trinidad-Tobago dan Guyana. Demikian pula di Australia dan kawasan Pasifik, jumlah umat Islam baru berkisar antara 500 ribu sampai satu juta. 

Dr.John L.Esposito, editor buku The Oxford History of Islam (Oxford University Press, London, 1999), dalam Bab “Introduction”, mengatakan: Although Islam is the youngest of the major world religion, Islam is the second largest and fastest-growing religion in the world. To speak of the world of Islam today is to refer not only to countries that stretch from North Africa to Southeast Asia but also to Muslim communities that exist across the globe (“Meskipun Islam termuda di antara agama besar dunia, Islam merupakan agama terbesar kedua dan paling cepat pertumbuhannya di dunia. Pembicaraan tentang Dunia Islam hari ini merujuk bukan hanya kepada negeri-negeri yang membentang dari Afrika Utara ke Asia Tenggara tetapi juga kepada komunitas-komunitas Muslim yang ada di seluruh penjuru bumi”).

Majalah National Geographic bulan Januari 2002, dalam artikel “The World of Islam”, mengemukakan: Some 1.3 billion human beings, a fifth of mankind, embracing Islam that make it the fastest growing on Earth, with 80 percent of believers now outside the Arab world (“Sekitar 1,3 miliar jiwa, seperlima umat manusia, memeluk Islam yang menjadikannya agama yang paling cepat pertumbuhannya di Bumi, dengan 80 persen orang-orang beriman sekarang berada di luar dunia Arab”). Majalah termasyhur itu juga melaporkan bahwa umat Islam di Amerika Serikat pada tahun 2001 mencapai enam juta jiwa.

Dalam majalah The Economist, edisi 13 September 2003, terdapat hasil survei “Islam and the West” yang menyatakan bahwa umat Islam di muka bumi berjumlah 1,5 miliar jiwa (“Around one in four of the people in the world are Muslims”), antara lain 196,3 juta di Indonesia (“the world’s most populous Muslim country”), 133,1 juta di Cina, 26,7 juta di Rusia, dan 10,4 juta di belahan benua Amerika. “It is indeed the world’s fastest-growing religion,” demikian komentar The Economist.

Majalah Time, edisi 23 Mei 1988, dengan artikel berjudul “American Facing Toward Mecca”, mencatat jumlah 4.644.000 umat Islam pada saat itu serta lebih dari 600 buah Islamic Center di seluruh Amerika Serikat. Lalu majalah terkemuka itu memperkirakan: US Muslim are expected to surpass Jews in number and, in less than 30 years, become the country’s second largest religious community after Christians (“Muslim Amerika Serikat diperkirakan akan melampaui umat Yahudi dalam jumlah penganut dan, dalam waktu kurang dari 30 tahun, menjadi komunitas agama terbesar kedua di negeri ini sesudah umat Nasrani”).

Perkiraan majalah Time di atas kini makin mendekati kenyataan. Hal ini diakui oleh majalah Nasrani terbesar di Amerika Serikat, Christianity Today, edisi bulan Maret 2005: Words unfamiliar to most Americans are now heard daily on the evening news: jihad, Islam, Allah, Quran, fatwa, imam, ummah, Ramadan. Today, there are approximately seven million Muslims and more than 13000 mosques in North America. Now the Muslims are our neighbors (“Kata-kata yang asing bagi kebanyakan orang Amerika kini terdengar setiap hari pada berita petang: jihad, Islam, Allah, Qur’an, fatwa, imam, ummah, Ramadhan. Hari ini, terdapat sekitar tujuh juta Muslim dan lebih dari 13000 masjid di Amerika Utara. Sekarang orang-orang Muslim merupakan para tetangga kita”).

Shadaqa l-Laahu l-`azhiim.
Maha Benar Allah Yang Maha Agung dengan segala firman-Nya
.

Jadwal Sholat

Donasi Dakwah

Mandiri syariah

Mandiri syariah

No Rek: 7331111117
a/n yayasan MCI jawa barat

Who's Online

We have 16 guests and no members online